Siapa pun orang yang ikhlas mendidik, melatih, membina, dan sejenisnya sesuai batas "kemampuan dan kompetensinya", tidak pernah "hutang". Siapa yang "hutang" meski orang yang ikhlas mendidik, melatih, membina, dan sejenisnya sesuai batas kemampuan dan kompetensinya tidak menagih?
(Supartono JW.11082024)
Kompetisi Usia Dini paling bergengsi yang dihelat oleh Operatir Swasta, resmi bergulir di Lapangan ATG, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (11/8/2024). Kompetisi akan berlangsung hingga Desember 2024 ini, terbagi dalam 4 kategori kelompok umur dan melibatkan 89 tim/SSB.
Model SSB Sukmajaya
Memanfaatkan kesempatan adanya wadah kompetisi yang dijadikan ajang prakompeti Liga TopSkor tahun 2025, SSB Sukmajaya hanya menyertakan 1 tim di kategori U-10, tetapi para pemainnya adalah gabungan siswa U-9 dan U-10, demi para siswa dapat mempraktikan hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang sudah dilakukan dalam latihan reguler.
Dalam laga pekan pertama, salah satu Pelatih SSB Sukmajaya U-10, Tetuko Mandas Kreari (Alumni SSB Sukmajaya), tetap memegang prinsip "model" SSB Sukmajaya, bahwa:
(1) Semua siswa SSB Sukmajaya adalah pemain utama saat sudah didaftarkan masuk ke dalam bagian tim.
(2) Meski regulasi  menggariskan sistem setengah kompetisi, lalu ada tim yang akan masuk 16 besar dan seterusnya. Bermain dengan durasi 10 menit x 2 babak dalam setiap laga. Maka, ada risiko tim dapat tidak lolos babak 16 besar, bila pemain yang diturunkan bukan siswa yang memiliki rapor teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) terbaik, hal tersebut tidak berpengaruh bagi SSB Sukmajaya sebagai SSB pembinaan murni.Â
(3) Semua siswa berlabel pemain inti/utama. Persolaan dalam laga pemain mana yang lebih dulu turun, itu adalah sesuai rencana game plan, strategi, dan taktik. Sebab, bila tim kalah dalam gol, terpenting, secara individu mau pun tim, ada perkembangan TIPS siswa. Bila akhir laga tim berhasil menang gol, itu adalah bonus dari hasil TIPS siswa yang berkembang baik secara individu atau tim.
Karenanya, dalam kompetisi pekan pertama di ATG Sentul itu, Dari 21 siswa yang didaftarkan mengikuti kompetisi, bermain 7 vs 7
(1) Setiap laga hanya ditugaskan maksimal 14 siswa yang bermain, terdiri 2 kiper dan 12 pemain.
(2) Pemilihan 14 siswa berdasarkan indikator, di antaranya kedisiplinan kehadiran dalam latihan, perkembangan TIPS siwa, dan adanya kesempatan dan rotasi pemain yang adil.
(3) Dalam game plan, setiap siswa pun minimal berhak bermain 50 persen dari waktu bertanding. Artinya, karena waktu bertanding 10 menit x 2, setiap siswa berhak bermain 10 menit.
(4) Praktiknya dalam laga, babak pertama 7 pemain pertama bermain 5 menit. 5 menit berikutnya 7 pemain kedua. Begitu pun di babak kedua. 7 pemain pertama bermain 5 menit. 7 pemain kedua menyelesaikan 5 menit berikutnya.
Itulah yang konsisten dilakukan pelatih. Tetap sesuai dengan game plan, strategi, dan taktik sesuai hasil latihan, 7 pemain pertama dan kedua, komposisinya pun tetap. Tidak pengaruh oleh lawan yang hanya berpikir mencari menang dan memainkan pemain pilihan, meski tim dalam posisi tertinggal gol.Â
Karena visi, misi, dan tujuan ikut kompetisi adalah praktik dari hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang sudah dilakukan dalam latihan reguler. Bukan mengabaikan siswa duduk di bench pemain demi "ambisi" yang "haram" bagi pembinaan akar rumput.
(5) Bila di akhir laga, tim tetap tertinggal gol, di situlah dicatat penyebabnya untuk diperbaiki lagi dalam latihan. Bila tim akhirnya menang gol. Itu adalah bonus dari hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang sudah dilakukan dalam latihan reguler yang dipraktikkan dengan benar dan baik.
Bagaimana bila di akhir laga setengah kompetisi tim tidak lolos babak 16 besar?
(1) Tidak ada masalah. Karena yang pasti, dengan lolos atau tidak lolos, di dalamnya banyak sekali praktik pembelajaran khususnya dalam hal sepak bola, dan umumnya nilai-nilai kehidupan nyata bagi siswa.
(2) Bagi SSB Sukmajaya, sebagai SSB Pembinaan Murni, prestasi hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan hingga kompetisi bukan tentang hal mengangkat trofi. Tetapi tentang hal membentuk karakter manusia agar tahu diri, berbudi, dan rendah hati di kehidupan nyata.
Alumni menjadi pelatihÂ
Salah satu fakta prestasi di luar mengangkat trofi itu, jelang umur SSB Sukmajaya 27 tahun, para alumni SSB Sukmajaya, selain berhasil ada yang menjadi pemain Timnas Indonesia, behasil dalam pekerjaan menjadi ASN, TNI, Polri, swasta, tidak lupa tetap menjadi ujung tombak regenerasi pemain sepak bola usia dini.
Dalam kompetisi yang di helat di Sentul Minggu (11/8), ternyata bertambah, ada 5 alumni yang mengampu tim-tim di SSB lain karena mereka menemui pendiri SSB Sukmajaya di lokasi.Â
Dari 5 alumni itu, semasa mereka menjadi siswa SSB Sukmajaya, ada alumni yang nilai rapor TIPSnya di bawah standar. Tetapi dalam kehidupan nyata, berbekal ilmu dari SSB Sukmajaya, ternyata tetap ada yang diminta dan dibutuhkan oleh SSB lain menjadi pelatih.
Bagaimana dengan ribuan alumni SSB Sukmajaya yang lain? Apakah banyak yang sudah menjadi pelatih di SSB lain? Jawabnya tidak terhitung.
Semoga kisah Minggu (11/8/2024) ini, dapat selalu menjadi pencerahan bagi Keluarga Besar SSB Sukmajaya beserta para alumninya, dan ada manfaat bagi SSB lain khususnya dan umumnya bagi sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) Indonesia. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H