Untuk apa meraih prestasi (juara) menjadi pemenang dengan cara curang, karena tidak "mampu". Lalu, memanfaatkan celah kelemahan regulasi. Curang itu pasti dapat dilihat. Curang yang tidak dapat dilihat, sama dengan bau bangkai, pasti akan terendus dan tercium juga.
(Supartono JW.23072024)
Di luar persoalan kualitas Timnas U-19 masing-masing peserta, termasuk Timnas Indonesia U-19, sebagai panitia penyelenggara ASEAN Cup U-19 2024, Indonesia memang harus mengakui kritik yang dilontarkan oleh salah satu media Vietnam adalah benar.
Bila selama ini, berbagai kejuaraan sepak bola di ASEAN, tuan rumahnya selalu mencari kuntungan untuk Timnasnya sendiri, saya pikir, Indonesia tidak harus ikut-ikutan mencari untung sendiri.
Atas tiga laga Timnas Indonesia U-19 fi fase Grup yang semuanya di gelar di Stadion Gelora Bung Tomo (SGBT) dan waktunya juga selalu pukul 19.30 WIB. saya pikir, ini bukan hal yang kebetulan. Tetapi memang disengaja.
Tolonglah Panitia Penyelenggara, bila pemimpin di negeri ini sudah kehilangan arah, menanggalkan moral dan etika, mengkhianati amanah rakyat, culas, curang, licik, korup, mencari keuntungan dan kepentingan sendiri, janganlah di ranah sepak bola ikut teracuni  produk model penjajahan kolonialisme yang justru lebih kolonialisme dibanding penjajah kolonialisme.
Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri tanpa harus dibantu kentungan stadion dan waktu bertanding, saya sebut, di fase Grup, lawan-lawannya, levelnya di bawah standar penggawa muda Garuda.
Meski Indra masih terus mencari komposisi terbaik sesuai game plan di laga versus Filipina, Kamboja, dan Timor Leste, tidak perlu Indra dan pasukannya diuntungkan oleh Stadion dan waktu bertanding.
Bukan tuduhan, tapi fakta
Bila beberapa media tanah air menulis bahwa media Vietnam, Soha.vn, menuduh Indonesia telah berbuat curang sebagai tuan rumah ASEAN Cup U-19 2024 dengan membuat setiap lawannya menderita di fase grup. Saya pikir, apa yang ditulis Soha.vn, adalah fakta.
Pertama, Soha.vn menyoroti waktu pertandingan Timnas Indonesia U-19 yang berbeda dari tim lain dan selalu digelar pukul 19.30 WIB.
Sementara dua pertandingan tim lain digelar pukul 15.00 WIB, hal ini dialami Vietnam, Australia, Malaysia dan Thailand.
Terlebih, cuaca panas di Surabaya dianggap sebagai masalah nyata yang dihadapi para kontestan, terutama fisik para pemain.
Sementara laga terakhir fase Grup A juga digelar pukul 19.30, sementara tim lain di Grup B dan C digelar pukul 15.00 WIB.
Kedua yang disorot media Vietnam ini adalah keuntungan Indonesia yang mendapat jumlah libur lebih panjang di fase knockout.
Soha.vn menyorot jadwal matchday terkahir Indonesia digelar pada 23 Juli, sementara Grup B pada 24 Juli dan Grup C pada 25 Juli. Sedangkan babak semifinal ASEAN Cup U-19 2024 digelar pada 27 Juli, Indonesia tentu lolos semifinal dan akan bertanding pada 27 Juli. Jumlah libur yang dimiliki skuat muda Garuda selama tiga hari, sedangkan tim lain hanya mendapat libur satu hari. Selain itu, semifinal pertama digelar pukul 15.00 WIB, kemudian semifinal kedua yang akan dijalani Indonesia digelar pukul 19.30 WIB.
Apa yang diungkapkan oleh Soha.vn adalah fakta. Jadi, bila Soha.vn menyorot hal tersebut memang masuk akal.
Sekali lagi, haruskah Timnas Asuhan Indra Sjafri dibantu keuntungan yang tersistem, terstruktur, dan masif (TSM) seperti kontestan Pilpres 2024 demi meraih gelar sebagai pemenang?
Sekali lagi, khususnya untuk Panitia, jadilah pribadi yang sportif. Tidak menghalalkan segala cara demi menjadi pemenang?
Saya yakin, Indra Sjafri dan pasukan Garuda, tidak pernah terpikir untuk meraih prestasi dengan cara curang di luar permainan sepak bola di lapangan. Apalagi pakai cara TSM seperti Pilpres Indonesia 2024. Kasat mata, tetapi tetap saja dimenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H