Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hadapi Ronde 3, Tangani Timnas, STY yang Tak Ahli Pedagogi, Butuh Psikolog

13 Juni 2024   10:21 Diperbarui: 13 Juni 2024   12:56 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Akankah Timnas Indonesia, menatap dan bermain di laga-laga ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan membiarkan pemain lemah intelegensi dan personality berjersey Timnas, Pak Erick?

(Supartono JW.13062024)

Selasa, (11/6/2024), di luar seluruh publik sepak bola nasional yang menyaksikan Timnas Indonesia dari layar kaca, saya beserta lebih dari enam puluh lima ribu suporter sepak bola nasional yang hadir di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), menjadi saksi sejarah, untuk pertama kalinya, Skuat Garuda lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia setelah menang 2-0 atas Filipina, sehingga meraih sepuluh poin dari enam pertandingan dan menjadi runner-up Grup F Putaran Kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. 

Ranking terendah

Selain Timnas Indonesia mencatatkan sejarah baru, sejarah lainnya di antarnya:

(1) Timnas Indonesia menjadi negara dengan ranking FIFA terendah di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, yaitu ranking 134/133.

(2) Timnas Indonesia menjadi tim paling lemah.

"Memang kita sudah lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, tidak ada lawan yang mudah bagi kami apalagi ranking kami ke-134," ujar Shin Tae-yong (STy) saat sesi jumpa pers usai laga versus Filipina.

"Jadi pasti lebih baik tim lawan. Kami bisa bilang tim kami yang paling lemah dari tim-tim yang sudah lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026."

Menyadari atas kondisi ranking dan tim terlemah, 

"Tapi saya tetap akan berusaha mencapai mimpi saya, dan kami tidak akan mudah menyerah," imbuh STy.

Berkaca dari laga vs Filipina

Berkaca dari laga vs Filipina, sejatinya STy sudah memiliki skuat yang sementara paling lengkap di banding dengan laga sebelumnya. Garuda hanya kehilangan Jordi Amat yang terkena kartu merah saat bersua Irak. Artinya, kecuali posisi kiper, STy memiliki pilihan pemain melimpah di semua sektor. 

Namun demikian pemain-pemain yang dipercaya turun gelanggang, saya menyebut lebih dari lima puluh persen akan sulit bersaing meladeni lawan-lawan di ronde ketiga.

Meski statistik laga secara umum menang, tetapi tim hanya  mampu menang 2 gol. Gol pun dicetak pemain tengah dan belakang. Lalu, kiper juga terus hobi blunder, padahal ada dua kiper lain yang tidak harus disepelekan oleh STy, bila dalam laga di ronde ketiga, kiper dan terutama pemain depan tidak ada perubahan, maka garansinya, Garuda akan menjadi bulan-bulanan lawan.

STy pun gerah dengan situasi pemain yang tidak mau mengoreksi atau marah kepada teman yang melakukan kesalahan, STy meyebut para pemain lemah komunikasi, "sungkan" saling menegur.

Buntutnya, peta kecil permainan Garuda saat meladeni Filipina, Timnas Indonesia bermain seperti tidak pernah dilatih taktikal mencetak gol. Sangat hobi membuang kesempatan. Bermain lambat, padahal ciri khas Indonesia sejak diasuh STy pun tetap bermain dengan kecepatan.

Sudah begitu, masih ada pemain yang gemar mengoleksi kartu kuning dengan mempertahankan attitude yang jelek.

Itu semua artinya apa? Artinya, meski kini Timnas sudah dihuni pemain-pemain baru yang dianggap memiliki kualitas lebih baik dari para pemain Timnas yang sekarang tidak dipilih oleh STy, tetap saja, apa kelemahan pemain Timnas sekarang, masih belum signifikan dapat diatasi oleh STy.

Sebelumnya, secara bertahap, STy sudah menemukan kelemahan pemain Timnas. Tahap-tahap kelemahan pemain Timnas itu pun, berturut-turut sudah saya ungkap dalam artikel saya.

Awal datang melatih Timnas, karena tahu fisik pemain Timnas lemah, STy menghajar dengan menu latihan speed. Berikutnya, STy menemukan kelemahan passing-control. STy pun membenahi bagian teknik.

Selanjutnya, menyoal kepercaan diri dan emosi, STy benahi sektor personality. Dan, akhirnya karena sulitnyaTimnas mencetak gol, ini terkait soal pemain dalam mengambil keputusan, maka STy tahu intelegensi pemain Timnas lemah.

Usai laga versus Filipina, STy sadar bagian depan Timnas lemah. Bagian komunikasi pun lemah. Bila di bedah, mengapa bagian depan Timnas lemah, adakah yang menyadari bahwa sejak kehadiran Haye di barisan tengah, cara bermain Timnas berubah? Haye adalah salah satu sebab Timnas bermain lambat yang akibatnya para pemain depan pun ikutan kena getah jadi kurang asupan bola.

Artinya, melihat langsung laga Indonesia vs Filipina, saya mencatat, secara umum intelegensi dan personality pemain Timnas belum KKM atau standar minimal. Percuma memiliki teknik dan speed KKM, tetapi otak dan hatinya tidak cerdas.

Contoh Messi

Dari catatan itu, saya juga melihat dalam sesi latihan, STy menvontohkan Messi yang saat diam saja berpikir, apalagi saat tidak diam. Messi tidak banyak berlari, tapi intelegensi (otak) dan personality (hati: emosi, attitude, dll) terus bermain.

Nah, bagaimana dengan pemain Indonesia saat meladeni Filipina? Saya melihat, intelegensi dan personalitynya tidak bermain seperti Messi. Jadi percuma punya teknik dan speed.

STy tak mampu pedagogi, terbatas bahasa

Kelemahan Timnas hingga laga versus Filipina dari sisi teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) masih berkutat pada I dan P. 

Bila STy tidak dibantu psikolog tim, karena saya sebut STy tidak profesional dalam hal pedagogi, terbatas bahasa karena tidak bisa berbahasa Indonesia, maka, bisa jadi, saat ronde ketiga, publik sepak bola nasional akan tetap menonton Timnas yang lemah intelegensi dan personality. 

Kalah oleh lawan akibat kesalahan dan kebodohan sendiri. Sulit mencipta gol pun akibat tidak ada asupan yang cukup untuk sektor intelegensi dan personality.

Akankah Timnas Indonesia, menatap dan bermain di laga-laga ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan membiarkan pemain lemah intelegensi dan personality berjersey Timnas, Pak Erick?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun