Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hadapi Ronde 3, Tangani Timnas, STY yang Tak Ahli Pedagogi, Butuh Psikolog

13 Juni 2024   10:21 Diperbarui: 13 Juni 2024   12:56 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai laga versus Filipina, STy sadar bagian depan Timnas lemah. Bagian komunikasi pun lemah. Bila di bedah, mengapa bagian depan Timnas lemah, adakah yang menyadari bahwa sejak kehadiran Haye di barisan tengah, cara bermain Timnas berubah? Haye adalah salah satu sebab Timnas bermain lambat yang akibatnya para pemain depan pun ikutan kena getah jadi kurang asupan bola.

Artinya, melihat langsung laga Indonesia vs Filipina, saya mencatat, secara umum intelegensi dan personality pemain Timnas belum KKM atau standar minimal. Percuma memiliki teknik dan speed KKM, tetapi otak dan hatinya tidak cerdas.

Contoh Messi

Dari catatan itu, saya juga melihat dalam sesi latihan, STy menvontohkan Messi yang saat diam saja berpikir, apalagi saat tidak diam. Messi tidak banyak berlari, tapi intelegensi (otak) dan personality (hati: emosi, attitude, dll) terus bermain.

Nah, bagaimana dengan pemain Indonesia saat meladeni Filipina? Saya melihat, intelegensi dan personalitynya tidak bermain seperti Messi. Jadi percuma punya teknik dan speed.

STy tak mampu pedagogi, terbatas bahasa

Kelemahan Timnas hingga laga versus Filipina dari sisi teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) masih berkutat pada I dan P. 

Bila STy tidak dibantu psikolog tim, karena saya sebut STy tidak profesional dalam hal pedagogi, terbatas bahasa karena tidak bisa berbahasa Indonesia, maka, bisa jadi, saat ronde ketiga, publik sepak bola nasional akan tetap menonton Timnas yang lemah intelegensi dan personality. 

Kalah oleh lawan akibat kesalahan dan kebodohan sendiri. Sulit mencipta gol pun akibat tidak ada asupan yang cukup untuk sektor intelegensi dan personality.

Akankah Timnas Indonesia, menatap dan bermain di laga-laga ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan membiarkan pemain lemah intelegensi dan personality berjersey Timnas, Pak Erick?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun