Di luar nalar dan dugaan, Witan cs pun malah mampu menekuk Korea Selatan di delapan besar. Sepertinya, pihak "itu" tidak perlu mencurangi Indonesia, karena yakin akan kalah dari Australia, Yordania, dan Korea Selatan.
Nah, agar jangan sampai lolos Olimpiade, pihak "itu" pun membuat skenario untuk laga semi final dan perebutan tempat  ketiga. Dilanjutkan skenario di babak playoff.
Andai Witan dan Dewangga mawas diri, cerdas, tentu tidak akan melakukan pelanggaran yang memang momentumnya ditunggu oleh wasit.
Andai para pemain juga mawas diri, tentu akan memaksimalkan diri untuk bermain kolektif dan tim demi memenangi laga. Sayang, beberapa pemain tetap tampil tidak mawas diri. Baik saat lawan Uzbekistan, Irak, mau pun Guinea. Beberapa pemain mempersulit dirinya dan Indonesia karena hukuman kartu kuning dan merah.
Saya setuju dengan pernyataan beberapa pihak, pasukan Garuda Muda U-23 ini adalah generasi emas. "Mereka adalah buah dari pembinaan, pendidikan, pelatihan, dan kompetisi yang tidak instan. Entah berapa tahun lagi akan lahir generasi emas model Timnas U-23 ini.
Namun, yang pasti, apresiasi layak ditujukan untuk STy dan Witan cs, karena sudah membuat takjub Asia dan Dunia. Sepak bola Indonesia menjadi perbincangan dunia.
Selalu mawas diri. Sulit melawan kecurangan. Bila tahu ada pihak yang akan curang, apalagi secara TSM, maka siapkan diri dengan cerdas. Hindarakan diri dari momentum yang akan menghukum diri kita karena kesalahan dan kebodohan yang kita buat. Sebab, momentum kesalahan dan kebodohan itu, sedang ditunggu atau sengaja dipancing oleh pihak yang "curang".
(Supartono JW.10052024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H