Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Halalbihalal dan Donor Darah, Wujud Sikap Berpancasila, Peduli, Integritas, dan Militan

5 Mei 2024   07:19 Diperbarui: 5 Mei 2024   07:32 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Halalbihalal yang di dalamnya ada kegiatan sosial seperti donor darah, dll adalah wujud dari kegiatan yang berpancasila, peduli, berintegritas, dan militan.

(Supartono JW.05052024)

Sabtu (4/5/2024), Ikatan Alumni Ganesha (IKAGA), wadah yang mempersatukan Alumni SMA Negeri 1 Purbalingga, Jawa Tengah, dari semua angkatan di berbagai penjuru tanah air, bahkan manca negara,  menyelenggarakan acara Halalbihalal dan Donor Darah, bagi alumni yang berada Jabodetabek dan Bandung, di Villa Mba Tuty (alumni IKAGA angkatan 1974), di Jalan Raya Babakan Madang No. 65 A Sentul, Bogor.

Berpancasila, peduli, integritas, miltan

Halalbihalal yang di dalamnya terselip kegiatan donor darah, ditujukan sebagai bagian dari pengamalan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Karenanya, donor darah memperlihatkan sekaligus tindakan nyata, "berpancasila".

Lebih dari itu, IKAGA yang angkatan pertamanya, lulus tahun 1964, dalam acara Halalbihalal dan Donor Darah yang dimulai pukul 08.30-15.00 WIB, ternyata dihadiri oleh perwakilan 56 angkatan, mulai angkatan 1964 hingga angkatan 2020.

Sesuai registrasi kehadiran, meski acara khusus bagi alumni yang berdomisili di Jabodetabek dan Bandung, dalam daftar kehadiran, teregistrasi yang hadir, hampir 200 alumni.

Catatan saya, penyelenggaran Halalbihalal dan Donor Darah IKAGA 2024, sukses.

Kesuksesan ini, selain kerja hebat panitia, tentunya karena adanya "kepedulian", "integritas", dan "militansi" alumni sendiri kepada almamaternya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepedulian merupakan partisipasi, yaitu keikutsertaan. Kepedulian sosial merupakan sebuah sikap keterhubungan dengan manusia pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota manusia untuk membantu orang lain atau sesama.

Sementara integritas diartikan sebagai mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan, kejujuran.

Dan, militansi memiliki pengertian ketangguhan dalam berjuang, menghadapi kesulitan, "berperang". Memperjuangkan kebersamaan, persatuan, dan kesatuan.

Sekali lagi, selamat dan sukses  untuk Bronto Sutopo (Ketua IKAGA) dan jajaran pengurus yang telah berhasil menyatukan kembali para alumni. Ucapan terima kasih juga terkhusus untuk Ibu Tuty yang telah memfasilitasi dengan menyiapkan tempat yang sangat relresentatif untuk Halalbihalal dan Donor Darah 2024.

Tentang halalbihalal

Sekadar mengingatkan dan meluruskan, halalbihalal merupakan tradisi asli masyarakat Indonesia yang tidak dapat ditemukan di negara-negara lain.

Dalam KBBI, Halalbihalal berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan.

Banyak yang menyangka bahwa kata halalbihalal berasal dari bahasa Arab. Padahal kata halalbihalal ditulis sesuai KBBI menjadi satu kata, bukan di pisah halal bi halal atau halal bihalal, sebenarnya berasal dari kata serapan 'halal' dengan sisipan 'bi' yang berarti 'dengan' (bahasa Arab) di antara 'halal'.  

Layak kita ketahui pula bahwa kata halalbihalal ini, dari berbagai literasi, ternyata ada sejumlah versi menyoal asal-usulnya.

(1) Versi pertama

Istilah Halalbihalal berasal dari kata 'alal behalal' dan 'halal behalal'. Kata ini masuk dalam kamus Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud 1938. Alal behalal berarti dengan salam (datang, pergi) untuk (memohon maaf atas kesalahan kepada orang lebih tua atau orang lainnya setelah puasa (Lebaran, Tahun Baru Jawa).

Dengan demikian, halal behalal diartikan sebagai dengan salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu Lebaran).

(2) Versi kedua

Bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Pada saat itu, martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Pedagang martabak ini dibantu oleh pekerja primbumi dan mempromosikan dagangannya dengan kata-kata 'martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal'. Maka, sejak saat itu, istilah halalbehalal mulai populer di masyarakat Solo.

Oleh karenanya, masyarakat kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari lebaran atau silaturahmi di hari lebaran. Kegiatan Halalbihalal kemudian berkembang menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.

(3) Versi ketiga

Halalbihalal berasal dari KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. KH Wahab merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik.

Sesuai saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri di tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul 'Halalbihalal.' Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja. Setelah itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal.

Halalbihalal kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Hingga kini Halalbihalal menjadi tradisi di Indonesia.

Dari berbagai literasi, tradisi halalbihalal, ternyata diyakini  sudah ada sejak masa mangkunegara I yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah salat Idulfitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana untuk melakukan tradisi sungkem atau saling memaafkan.

Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halalbihalal.

Alhamdulillah, berkat acara Halalbihalal dan Donor Darah IKAGA 2024, saya dapat menjadi saksi betapa vitalnya rasa kepedulian, integritas, dan militansi, sehingga akronim IKAGA yang di dalamnya ada ikatan, benar-benar membuktikan bahwa ikatan itu dibentuk bukan sekadar untuk gaya-gaya-an, tetapi memang untuk tujuan yang mulia dan bermakna.

Sehingga, sebuah kekeluargaan/perkumpulan jenis apa pun yang dibentuk, memang mengikat para anggotanya untuk terus dapat menjaga dan mengontrol diri, sehingga senantiasa tertanam dalam pikiran dan jiwa tentang berpancasila, peduli, integirtas, dan militan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun