Apakah kemenangan Timnas Indonesia atas Vietnam hasil kompetensi pelatih Shin Tae-yong (STy)? Atau sebab kompetensi naturalisasi? Bila saya ibaratkan STy adalah Kurikukum Pendidikan, lalu pemain naturalisasi adalah guru. Maka, Apakah kemenangan Garuda karena Kurikulum (baca: STy)? Atau karena kompetensi pemain naturalisasi? Sebelum ini, tanpa pemain naturlasasi, apakah STy dapat menang atas Vietnam?
Dari analogi tersebut, dapat disimpulkan, sekompetensi atau sebagus atau sebaik apa pun pelatih/kurikulumnya, bila pelakunya pemain/guru yang menjadi ujung tombak pelaksanaan strategi dan taktikal pelatih/kurikulum tidak kompeten, Timnas tidak bisa menang/pendidikan Indonesia tetap terpuruk.
Haruskah, Nadiem Makarim meniru Erick Thohir, melakukan naturalisasi guru agar Kurikukum Merdeka yang sudah resmi menjadi Kurikulum Nasional mulai tahun ajaran baru 2024/2025, dapat berhasil membuat pendidikan Indonesia naik pangkat, peringkat?
Erick Thohir tidak berpikir mendongkrak prestasi Timnas dengan pendidikan dan pembinaan sepak bola lokal mulai akar rumput, tetapi melakukan jalan pintas mencomot pemain naturalisasi agar sepak bola nasional berprestasi. Karena sadar atas potensi dan kompetensi pemain lokal, yang memang mustahil dapat bersaing sekedar di level Asia Tenggara. Meski ada pembinaan dan kompetisi. Akan lama dan bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, menunggunya.
Bila Kurikulum Merdeka yang sudah menjadi Kurikulum Nasional, tetap dengan ujung tombak lokal, dan ujung tombaknya tidak diasah dengan benar dan baik, bagaimana?
Untuk itu, di hari ke-19 ibadah Ramadan 1445 Hijriah ini, mari kita berdoa, Â
"Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih bisa menikmati berkat-berkat-Mu dan mudahkanlah jalan-ku untuk mendapat kebaikan-kebaikannya. Jangan Engkau haramkan aku untuk menerima kebaikan-kebaikannya. Wahai Pemberi Petunjuk kepada jalan yang terang."
Dengan doa tersebut, semoga diberlakukannya Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Nasional, kita semua khususnya dan umumnya dunia pendidikan Indonesia, senantiasa dapat menikmati keberkahan dan dimudahkan mendapat kebaikan, dan tidak diharamkan untuk menerima kebaikan-kebaikan dan petunjukNya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H