Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

1445 H (18) Imam, Pemimpin yang Memenuhi Syarat

28 Maret 2024   08:17 Diperbarui: 28 Maret 2024   09:34 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Imam yang kompeten, dipercaya, amanah, dan memenuhi syarat, tidak akan meresahkan hati rakyat atau Umat.

(Supartono JW.28032024)

Memasuki Ibadah Ramadan 1445 Hijriah hari ke-18, secara pribadi dan mewakili para jamaah Salat Tarawih di mana pun di negeri ini, sesuai doa ibadah Ramadan hari ke-18 yang diajarkan berbagai Ulama, yaitu tentang keberkahan dan cahaya Allah, maka dalam artikel ini saya khusus mengulas tentang Imam yang munaffir (meresahkan hati).

Dalam artikel ke-6, sejatinya saya sudah menulis tentang "Membuat Hati Nyaman, Bukan Meresahkan!". Untuk mewakili hati rakyat jelata/umat yang resah. Namun, dalam artikel ke-18 ini, khusus saya menulis, mengoreksi, menyoal Imam yang meresahkan rakyat/Umat.

Imam kepala (negara)

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makan Imam di antaranya adalah pemimpin salat (pada salat yang dilakukan bersama-sama), pemimpin,  kepala (negeri dan sebagainya), penghulu, mahdi, pastor, padri.

Terkait makna Imam sebagai pemimpin atau kepala negeri, yang meresahkan rakyat, sudah tidak terhitung artikel yang saya tulis. Bahkan, terkait Imam (kepala negeri) yang perilakunya dianggap menodai etika dan moral, meresahkan hati rakyat, sudah dengan tegas diingatkan oleh para cerdik pandai, cerdik cendekia, dan para akademisi.

Tetapi, nampaknya, hingga Ramadan ke-18, belum ada tanda-tanda pemimpin ini,  mendapat hidayah dan cahaya dari Allah. Mungkin tetap menganggap apa yang dilakukan dan diperoleh dari perilakunya adalah berkah. Walau sebenarnya pembawa masalah dan dekat dengan ancaman musibah bagi negeri ini.

Imam (pemimpin)

Selain kepala negara, juga pemimpin masyarakat tingkat RT sampai Provinsi, pemimpin juga ada diberbagai kehidupan sosial masyarakat. Mulai pemimpin institusi, instansi, perusahaan, kelompok, kekeluargaan, grup kesenian, grup olah raga, partai, dan lain-lain.

Semua anggota yang menjadi bagian dari kepemimpian tersebut, akan dengan mudah dapat mengidentifikasi apakah pemimpinnya kompeten, amanah, dan memenuhi syarat menjadi pemimpin.

Seringkali, diberbagai kehidupan sosial masyarakat, siapa yang menjadi pemimpin juga tidak berdasarkan kompetensi dan syarat, karena pemimpin ditentukan dengan cara yang tidak benar. Bahkan akhirnya banyak yang jadi pemimpin karena dinasti, kolusi,  nepotiseme, dan kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun