Bila setiap orang menerapkan prinsip "Urip iku Urup" dalam kehidupannya, maka dunia akan dipenuhi oleh kebaikan dan kasih sayang tanpa batas. Sebab hidup tidak sendiri, hidup bukan untuk diri sendiri. Dan, kita selalu ingat, bahwa hujan adalah rahmat Allah untuk mengingatkan manusia agar selalu bertaqwa kepadaNya. Aamiin.(Supartono JW.15032024)
Pagi ini, Jumat (15/3/2024) seperti hari-hari sebelumnya di Ramadan fase Rahmat 1445 Hijriah, hujan mengiringi santap saur. Sejuk. Nyaman.
Tetapi, melalui pemberitaan televisi, di beberapa wilayah di Indonesia, hadirnya hujan malah mengakibatkan musibah di antaranya banjir dan tanah longsor, hingga menelan korban jiwa.
Selain curah hujan yang tinggi, adanya penurunan tanah di beberapa wilayah Indonesia. Juga adanya tindakan manusia yang tidak menjaga keseimbangan alam, maka banjir akan selalu hadir dan menghampiri pemukiman manusia.
Sementara, bencana tanah longsor, pada umumnya terjadi di daerah perbukitan sehingga banyak menimpa masyarakat di daerah kaki bukit serta menghancurkan prasarana transportasi darat seperti jalan, jembatan dan rel kereta api.
Seperti banjir yang pemicunya bukan hanya curah hujan yang tinggi, tanah longsor terjadi karena adanya peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk longsor.
Selain itu, peningkatan beban air yang melampaui daya dukung tanah, hingga memiliki kekuatan menggeser tanah. Dan, yang parah adalah adanya pemotongan kaki lereng secara sembarangan, mengakibatkan lereng kehilangan daya penyangga.
Namun begitu, sejatinya,
hujan merupakan rahmat Allah yang patut untuk disyukuri. Di dalam rahmat tersebut, Allah selipkan sebagian rezeki bagi setiap makhluk-Nya.
Hujan untuk mengingatkan
Ilmu sains menjabarkan mengenai bagaimana cara hujan mendatangkan rezeki yang dimaksud Alquran. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al A'raf ayat 57:
"Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat."
Sesuai ayat tersebut, kehadiran hujan adalah sebagai tanda kabar gembira, yaitu rahmat dari Allah untuk negeri yang tandus, hingga berbagai buah-buahan tumbuh. Pada akhir ayat disebut, seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat.
Kalimat "agar kamu selalu ingat" dapat dimaknai bahwa umat manusia wajib menjauhi laranganNya, wajib menjalankan perintahNya, yaitu bertaqwa.
Sesuai ayat tersebut, hujan yang diturunkan sebagai rahmat serta untuk mengingatkan manusia agar selalu bertaqwa, nyatanya kehadiran hujan, malah ada yang mengakibatkan bencana alam dan korban jiwa.
Artinya, manusia memang wajib selalu "ingat". Bahwa apa yang telah diperbuat dengan tidak merawat alam dan lingkungan dengan benar dan baik, maka banjir dan tanah longsor adalah akibat yang penyebabnya wajib dan harus kita ingat-ingat karena kurang atau belum atau tidak bertaqwa.
Apa sebabnya sampai hujan yang merupakan rahmat, justru mendatangkan bencana dan korban jiwa? Alam dan lingkungan adalah tempat yang membuat manusia dapat hidup. Tetapi bila diperlakukan tidak sesuai aturan yang benar dan baik, maka alam akan berlaku sebaliknya kepada manusia.
Urip iku urup
Bila hujan adalah rahmat Allah yang wajib disyukuri. Hujan diturunkan juga sebagai pengingat untuk manusia agar selalu bertaqwa. Satu dari sekian banyak filosofi jawa yang dapat membimbing kita menjadi orang yang lebih baik adalah "urip iku urup".
Makna dari ungkapan tersebut sekarang kurang atau bahkan tidak dipahami di era modern. Karenanya, tidak heran bila
filosofi ini minim sekali untuk dapat kita laksanakan, pasalnya, aura duniawi amat kuat dan kental menyelimuti kita.
Bahkan hujan yang datang sebagai rahmat dari Allah, malah berubah menjadi bencana alam.
Perlu kita pahami bahwa "Urip Iku Urup" maksudnya "Hidup itu Nyala", memiliki makna, hidup itu hendaknya dapat memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita. Semakin besar manfaat yang kita berikan tentu akan semakin baik bagi kita maupun orang lain. Tetapi sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada orang lain jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Wajib selalu kita ingat bahwa, kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, apalagi sok berkuasa. Seolah semua hanya untuk diri sendiri, untuk keluarga, dinasti, untuk kroni, dll. Â Kita dilahirkan untuk saling memberi, saling menolong, dan saling membantu sesama tanpa ada rasa pamrih.
Bahkan, semua agama mengajarkan, manusia sebagai makhluk sosial, wajib saling interaksi dan menolong kepada sesama. Menyadari hidup didunia ini hanyalah sebuah ujian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal dan lebih baik di kehidupan berikutnya.
Oleh sebab itu, selain untuk diri sendiri, kita juga bermanfaat untuk orang lain, pihak lain. Manfaat itu ibarat api yang menyala. Api bukan berarti bara yang membakar dan memusnahkan apa saja, tetapi api sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah manusia ke jalan yang benar.
Hidup kita harus punya nilai manfaat, yang selalu memberi cahaya yang terang agar setiap langkah kita dan saudara-saudara kita dapat berjalan ke arah kebenaran.
Apabila kehadiran kita mempunyai arti untuk orang lain, orang-orang disekitar kita. Semakin besar manfaat yang kita bisa berikan pada orang lain maka hidup akan semakin baik. Dan begitu sebaliknya apabila kita hadir namun tak memberi manfaat. Apalagi memanfaatkan orang lain, rakyat, untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, maka sesunggunya kita mati. Sudah tidak menyala.Â
(Supartono JW.15032024)
Pertanyaanya, selama ini apakah kita termasuk orang yang bersyukur atas rahmat hujan sebagai pengingat agar kita termasuk golongan orang yang bertaqwa?
Seberapa besar kita sudah menyalakan diri sendiri supaya sekitar saya menjadi lebih terang? Bukan sebaliknya, kita malah menjadi orang yang membuat gelap sekeliling kita, karena diri kita sendiri tidak menyala. Jangankan diri ini memberikan manfaat untuk orang lain. Bermanfaat untuk diri sendiri saja tidak.
Ingatlah! Hidup bukanlah hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat berkontribusi dalam membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.
Bila setiap orang menerapkan prinsip "Urip iku Urup" dalam kehidupannya, maka dunia akan dipenuhi oleh kebaikan dan kasih sayang tanpa batas. Sebab hidup tidak sendiri, hidup bukan untuk diri sendiri. Dan, kita selalu ingat, bahwa hujan adalah rahmat Allah untuk mengingatkan manusia agar selalu bertaqwa kepadaNya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H