Oleh sebab itu, selain untuk diri sendiri, kita juga bermanfaat untuk orang lain, pihak lain. Manfaat itu ibarat api yang menyala. Api bukan berarti bara yang membakar dan memusnahkan apa saja, tetapi api sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah manusia ke jalan yang benar.
Hidup kita harus punya nilai manfaat, yang selalu memberi cahaya yang terang agar setiap langkah kita dan saudara-saudara kita dapat berjalan ke arah kebenaran.
Apabila kehadiran kita mempunyai arti untuk orang lain, orang-orang disekitar kita. Semakin besar manfaat yang kita bisa berikan pada orang lain maka hidup akan semakin baik. Dan begitu sebaliknya apabila kita hadir namun tak memberi manfaat. Apalagi memanfaatkan orang lain, rakyat, untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, maka sesunggunya kita mati. Sudah tidak menyala.Â
(Supartono JW.15032024)
Pertanyaanya, selama ini apakah kita termasuk orang yang bersyukur atas rahmat hujan sebagai pengingat agar kita termasuk golongan orang yang bertaqwa?
Seberapa besar kita sudah menyalakan diri sendiri supaya sekitar saya menjadi lebih terang? Bukan sebaliknya, kita malah menjadi orang yang membuat gelap sekeliling kita, karena diri kita sendiri tidak menyala. Jangankan diri ini memberikan manfaat untuk orang lain. Bermanfaat untuk diri sendiri saja tidak.
Ingatlah! Hidup bukanlah hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat berkontribusi dalam membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.
Bila setiap orang menerapkan prinsip "Urip iku Urup" dalam kehidupannya, maka dunia akan dipenuhi oleh kebaikan dan kasih sayang tanpa batas. Sebab hidup tidak sendiri, hidup bukan untuk diri sendiri. Dan, kita selalu ingat, bahwa hujan adalah rahmat Allah untuk mengingatkan manusia agar selalu bertaqwa kepadaNya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H