Untuk itu, dari berbagai literasi, saya rangkum, bagaimana sesorang dapat selalu jernih berpikir dan bertindak, hingga terbentuk ketahanan mental, sebab selalu berupaya bersikap dan berbuat realistis.
Orang-orang yang mampu bersikap dan berbuat realistis, biasanya:
(1) Jujur pada diri sendiri,
(2) Bijaksana menghadapi kritik, masukan, saran,
(3) Pribadi yang fleksibel, tidak kaku,
(4) Mampu menetapkan tujuan yang terukur,
(5) Bertanggung jawab atas tindakan dan dalam membuat keputusan.
Atas sikap dan perbuatan yang demikian, maka biasanya, orang yang realistis akan sehat mentalnya, juga sehat jasmaninya, karena terhindar dari stres, kuat mental dan fisik, cerdas pikiran dan cerdas emosi, berkualitas dalam hubungan sosial, cerdas dalam komunikasi, jujur, bijaksana, percaya diri, bertanggung jawab, rendah hati, dan bahagia.
Hidupnya tidak dikejar-kejar bayangannya sendiri, bayangan orang lain, bayangan impian, bayangan tagihan, bayangan kemewahan, bayangan hutang, bayangan janji-janji, dan bayangan-bayangan lainnya, yang jauh dari sikap dan perbuatan realistis, akan menguras dan menggerus mental dan jasmani.
Lain di mulut, lain di hati
Terkait sikap dan perbuatan realistis ini, khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, meski sudah dalam bulan Ramadan, para elite dan pemimpin negeri, masih sangat masif memertontonkan drama sikap dan perbuatan tidak relistis demi tujuan pribadi/golongan/kelompoknya tercapai.
Lagi-lagi, yang menjadi korban siapa? Jawabnya rakyat yang masih bodoh, miskin, menderita. Sehingga tidak pernah dapat berpikir jernih, tidak dapat bersikap dan berbuat realistis.
Mereka terus bermain drama, yang lakonnya tidak ada kesamaan antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukannya. Apa yang diucapkan, hanya dibuktikan secara instan. Perkataannya baik tetapi perbuatannya jauh dari apa yang diucapkan.
Ini tidak ubahnya sebagai keteladanan munafik. Di dalam sebuah hadits nabi dikatakan bahwa, ada tiga tanda-tanda sebagai seorang munafik, yaitu apabila berkata berdusta, apabila berjanji memungkiri, dan apabila diberi amanah mengkhianatinya.
Untuk itu, saya selalu mengingatkan diri saya sendiri, selalu belajar menjadi orang yang realistis, meski tidak mudah untuk selalu dapat bersikap dan berbuat Jujur pada diri sendiri, bijaksana menghadapi kritik, masukan, saran, berusaha menjadi pribadi yang fleksibel, tidak kaku, mampu menetapkan tujuan yang terukur dalam setiap langkah kehidupan, dan bertanggung jawab atas tindakan dan dalam membuat keputusan. Tetapi, di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, adalah waktu yang tepat untuk merefelksi diri, belajar dan belajar lagi.
Semoga, saya selalu terhindar dari dikejar-kejar bayangan sendiri, bayangan orang lain, bayangan impian, bayangan tagihan, bayangan kemewahan, bayangan hutang, bayangan janji-janji, dan bayangan-bayangan lainnya, yang jauh dari sikap dan perbuatan realistis, dan akan menguras dan menggerus mental dan jasmani.