Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jelang Ramadan, Setop Muslihat!

7 Maret 2024   01:50 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:30 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Membuat senang-gembira hanya untuk sesaat, sebab sekadar muslihat, itu jahat!

(Supartono JW.06032024).

"Jelang Ramadan, Setop Muslihat!" Alias "Setop Perbuatan Tidak Benar, Tidak Baik!"
Saya memakai kata ramadan, tidak pakai "dh" (sesuai KBBI).

Judul artikel ini, sebagai harapan saya, yang hanya duduk sebagai rakyat jelata (biasa). Sebab, sudah pasti di dalam ibadah bulan Ramadan tahun ini, bisa jadi saat pengumuman hasil Pemilu pada 20 Maret 2024 oleh KPU, berbagai pihak dan rakyat di negeri ini akan biasa-biasa saja.

Atau ada kejadian yang luar biasa, alias ada kegaduhan, sebab Pemilu 2024 di anggap Pemilu yang paling tidak demokratis sejak Republik ini merdeka.

Tetapi, saat pengumuman hasil Pemilu, sebab di tengah bulan Ramadan, saya yakin, semua dapat menahan diri. Dapat sabar tidak membuat kegaduhan.

Biarkan saja pihak-pihak yang dianggap, diduga menjadi pemicu kegaduhan dalam Pemilu 2024, terus menunjukan drama untuk terus mencari pembenaran, mencari simpati. Untuk bersembunyi di balik topeng-topeng perbuatan tidak benar dan tidak baik. Seperti perbuatan licik, kelicikan, dan zalim.

Licik adalah banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan licin. Sementara kelicikan berarti kepandaian memutarbalikkan perkataan, kecurangan, keculasan. Lalu, zalim yaitu perbuatan yang bengis, tidak adil, tidak punya rasa belas kasih, dan kejam.

Harga-harga naik, kembali modal

Menyoal perbuatan licik, kelicikan, dan zalim, selain masih menggema tentang kisah perbuatan curang yang terstruktur, tersistem, dan masif (TSM), rakyat jelata juga banyak yang berpikir: "Jangan-jangan ada pihak yang ingin segera balik modal, setelah membiayai, memodali jagoannya dalam Pemilu (Pilpres/Pileg), yang akibatnya harga kebutuhan pokok naik. Caranya, mereka tentu sangat profesional dalam hal ini.

Bila hal ini benar. Maka, ini bukan saja perbuatan licik dan kelicikan, tetapi sudah melampaui batas, zalim.

Bila dugaan perbuatan licik hingga zalim benar, maka rakyat yang sebagian besar masih didera kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan, memang benar-benar hanya dijadikan "alat" oleh mereka.

Alat mengais suara demi jagoannya menang dalam Pemilu, diupayakan dengan berbagai cara, karena dampaknya akan membawa keuntungan pada kekuasaan, jabatan, dan bisnis "mereka".

Caranya, diiming-imingi sesuatu yang hanya manfaat sesaat untuk rakyat. Tetapi akan sangat bermanfaat bagi "pemodal".

Banyak pihak yang berpikir bahwa "pemain" dalam Pemilu adalah pihak yang memang hanya memanfaatkan rakyat yang masih bodoh, miskin, dan menderita. Tetapi dari suara rakyat ini, mereka bisa mendapatkan keuntungan untuk tujuh turunan.

Perbedaan awal Ramadan

Di sisi lain, persoalan gaduh Pemilu masih konsisten, bulan Ramadan yang sudah di depan mata, lagi-lagi rakyat juga disuguhi oleh drama "perbedaan".

Rakyat bahkan sudah mendengar, menonton, dan membaca berita bahwa Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah masing-masing mempunyai metode pengamatan hilal dengan cara berbeda, yang menyebabkan penetapan awal puasa Ramadan 1445 H juga tidak sama.

Ayolah, Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah, berikan rasa nyaman dan tenteram rakyat. Bulan Ramadan, bukan hanya menjadi berkah Umat Muslim. Tetapi membawa rezeki dan berkah bagi seluruh Umat Beragama.

Redakan keteladanan yang tidak benar dan tidak baik terkait Pemilu yang terus gaduh. Rendah hatilah, agar jatuhnya awal Ramadan tidak berbeda.

Setop pihak-pihak yang terus menutup mata dan hati, hanya berbuat dan bertindak untuk keuntungan dan kepentingan diri, kepentingan jabatan, kekuasaan, bisnis, dan sejenisnya. Sebab, semua drama itu, tidak sulit diterka arahnya. Sangat mudah dibaca maksud dan tujuannya.

Membuat senang-gembira hanya untuk sesaat, sebab sekadar muslihat, itu jahat! Muslihat itu daya upaya, siasat atau taktik (untuk menjebak dan sebagainya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun