Caranya, diiming-imingi sesuatu yang hanya manfaat sesaat untuk rakyat. Tetapi akan sangat bermanfaat bagi "pemodal".
Banyak pihak yang berpikir bahwa "pemain" dalam Pemilu adalah pihak yang memang hanya memanfaatkan rakyat yang masih bodoh, miskin, dan menderita. Tetapi dari suara rakyat ini, mereka bisa mendapatkan keuntungan untuk tujuh turunan.
Perbedaan awal Ramadan
Di sisi lain, persoalan gaduh Pemilu masih konsisten, bulan Ramadan yang sudah di depan mata, lagi-lagi rakyat juga disuguhi oleh drama "perbedaan".
Rakyat bahkan sudah mendengar, menonton, dan membaca berita bahwa Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah masing-masing mempunyai metode pengamatan hilal dengan cara berbeda, yang menyebabkan penetapan awal puasa Ramadan 1445 H juga tidak sama.
Ayolah, Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah, berikan rasa nyaman dan tenteram rakyat. Bulan Ramadan, bukan hanya menjadi berkah Umat Muslim. Tetapi membawa rezeki dan berkah bagi seluruh Umat Beragama.
Redakan keteladanan yang tidak benar dan tidak baik terkait Pemilu yang terus gaduh. Rendah hatilah, agar jatuhnya awal Ramadan tidak berbeda.
Setop pihak-pihak yang terus menutup mata dan hati, hanya berbuat dan bertindak untuk keuntungan dan kepentingan diri, kepentingan jabatan, kekuasaan, bisnis, dan sejenisnya. Sebab, semua drama itu, tidak sulit diterka arahnya. Sangat mudah dibaca maksud dan tujuannya.
Membuat senang-gembira hanya untuk sesaat, sebab sekadar muslihat, itu jahat! Muslihat itu daya upaya, siasat atau taktik (untuk menjebak dan sebagainya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H