Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memberi Itu, Ikhlas (Harta Sendiri, di Dalamnya Ada Hak Orang Lain)

28 Februari 2024   09:14 Diperbarui: 28 Februari 2024   09:17 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW.

(Supartono JW.27022024)

Orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, biasanya akan selalu berbagi kepada orang lain, sebab tahu dan sadar ada hak orang lain pada harta yang didapat. Sehingga, untuk membaginya tidak perlu harus janji, apalagi pakai promosi gratis, sebab yang dibagi memang hak mereka (baca: orang lain).

(Supartono JW.27022024)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu). Sementara gratis adalah cuma-cuma (tidak dipungut bayaran).

Karena itu, siapa saja orang yang membuat "janji" akan memberi sesuatu secara gratis, sesuai pengalaman kehidupan selama ini, hanya dilakukan oleh orang-orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Janji memberi gratis pun bukan tanpa pamrih. Tetapi karena ada maksud dan tujuan terselubung yang dituju. Mirisnya lagi, sesuatu yang dijanjikan akan diberikan secara gratis, bukanlah harta benda miliknya, tetapi harta benda dari hasil jerih payah orang lain/rakyat.

(Supartono JW.27022024)

Mereka yang memberikan janji gratis, juga tahu betul situasi dan kondisi, bahwa sebagian besar rakyat adalah orang-orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri, sama dengan orang-orang yang janji memberi sesuatu secara gratis.

Jadilah janji memberi gratis itu, ibarat setetes air di musim kemarau. Meski hanya setetes, tetap sesuatu yang sangat bermanfaat dan berguna bagi sebagian besar rakyat yang masih terkendala karena kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan.

(Supartono JW.27022024)

Sebagian besar rakyat yang terkendala dan dibuat tidak pernah selesai dengan dirinya sendiri karena memang sengaja "dijajah", tetapi dibuat menjadi tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang gratisan. Buang air kecil, parkir, buang sampah, sekarang semua itu harus bayar. Bahkan air saja malah harganya lebih mahal dari bahan bakar.

Rakyat yang "ini" tahu dan mendengar "janji gratis", meski belum direalisasi, baru sekadar janji, sudah melakukan perbuatan "ijon". Melakukan terima kasih duluan. Apa wujud terima kasih "mereka"? Satu di antaranya adalah mendukung apa pun yang dilakukan oleh pihak yang memberi janji gratis itu, (baca: suara, mencoblos) karena masih didera kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan yang didesain.

"Ijon" adalah sistem penjualan pertanian yang masih dalam keadaan hijau atau belum dipanen. Bisa dikatakan belum jelas barangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun