Di Teater Besar TIM Cikini Jakarta, Minggu (21/1/2024) Keluarga Besar Teater Koma memperingati 1 tahun N. Riantiarno (20 Januari 2023-2024) dengan Kado Indah, Peluncuran Buku "The Cockroach Trylogy" atau Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini) berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar.
Dapat dinikmati dunia
Hadir mewakili Yayasan Lontar, Penyair Zen Hae, sahabat saya semasa di Kampus, menyerahkan secara simbolis Buku The Cockroach Trylogy kepada Ratna Riantiarno di Panggung Teater Besar. Acara Peluncuran Buku yang di pandu oleh aktris Shahnaz Natashya Haque, juga diselingi dengan oborolan santai (talkshow) Zen Hae (Yayasan Lontar), Rantna Riantiarno, dan Idrus Madani (Teater Koma), seputar Buku The Cockroach Trylogy, proses kreatif-inovatif Teater Koma, Mas Nano, pengalaman, kesan, hingga pesan dari Ratna Riantiarno dan Idrus Madani selama membesarkan Teater Koma untuk publik pecinta seni teater khususnya, dan publik Indonesia pada umumnya.
Dalam obrolan santai selepas acara, Zen Hae mengungkapkan kepada saya bahwa Buku The Cockroach Trylogy, diporses oleh Yayasan Lontar sekitar 1 tahun. Sehingga persis di peringatan 1 Tahun Mas Nano, buku ini dapat diluncurkan. Diluncurkannya Buku The Cockroach Trylogy tentu berkat dukungan dari stakeholder terkait, terutama dari Kemendikbudristek melalui DANAINDONESIANA dan LPDP.
Dengan demikian, publik dunia, khususnya pegiat dan pecinta seni teater pada khususnya, kini sudah dapat menikmati buah karya seniman besar Indonesia, N. Riantiarno. Buku The Cockroach Trylogy ini pun menjadi produk kekayaan intelektual yang dapat digunakan sebagai bahan paduan berbagai kegiatan ilmiah dan kesenian dunia. Melalui Buku The Cockroach Trylogy, publik dunia juga dapat membaca dan mengetahui kondisi dan situasi sosial politik Indonesia di masa saat naskah Trilogi Opera Kecoa ditulis oleh Mas Nano.
Undangan dibawa ke masa Trilogi Opera Kecoa
Saat peluncuran, para undangan yang hadir, tentunya juga sudah lekat dengan pengalaman menyaksikan pertunjukan panggung dari Trilogi Opera Kecoa, benar-benar di bawa kembali oleh Teater Koma ke masa lalu. Pasalnya, para aktor dan aktris Teater Koma juga kembali menyuguhkan cuplikan adegan terkait dengan Trilogi Opera Kecoa.
Awalnya, undangan disuguhi cuplikan adegan dari Semar Gugat 1995, yaitu adegan "Semua Bernama Semar". Selanjutnya, potongan-potongan adegan dari Trilogi Opera Kecoa pun dipersembahkan, persis dengan model saat lakon-lakon tersebut dipanggungkan dan masih dipandu oleh Mas Nano.
Tentunya, siapa pun yang hadir di Teater Besar, menyaksikan semua cuplikan adegan yang ditampilan, masih merasakan bahwa Mas Nano masih ada bersama kita semua. Meski kini beliau sudah terpisah dan berbeda dunia, saya yakin, Mas Nano turut menyaksikan peringatan 1 tahun, menyaksikan peluncuruan hasil karya tulisan-tulisannya menjadi Buku berbahasa Inggris, menyaksikan Keluarga Besar Teater Koma, tetap Koma, tidak akan pernah Titik. Melanjutkan semua hal yang sudah diberikan dan diamanatkan oleh Mas Nano untuk tetap mengalir. Tidak pernah titik. Menyaksikan para Undangan yang tetap setia dan mendukung menjadi bagian dari Taetar Koma. Menyaksikan Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek menghargai buah karyanya, yang disiarkan untuk kemaslahatan bukan hanya bagi bangsa Indonesia, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dunia.
Menulis, menulis, menulis, ...= N. Riantiarno