Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bercermin dari Laga Versus Irak

16 Januari 2024   09:49 Diperbarui: 16 Januari 2024   13:31 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Sebab cerdas intelegensi, personality, teknik, dan speed (TIPS), pemain timnas negara lain bermain kolektif, tidak egois, tidak individualis. Tidak memaksakan diri menguasai bola, demi sekadar dilihat sebagai pemain hebat.

(Supartono JW.16012024)

Kekalahan timnas Indonesia dari Irak pada laga perdana Grup D Piala Asia 2023 di Stadion Ahmad Bin Ali, Al Rayyan, Qatar, Senin (15/1/2024), sudah diprediksi banyak pihak, sebab persiapan dan uji tanding menjelang Piala Asia yang tidak meyakinkan. Pun melihat level dan peringkat FIFA lawan-lawannya.

Saat meladeni Irak, dalam pertandingan yang kick off pukul 21.30 WIB itu, timnas Indonesia menyerah 1-3. Hal ini menjawab prediksi berbagai pihak tersebut. Bahkan lengkap dengan bukti statistik pertandingan yang menempatkan Irak, unggul segalanya atas Indonesia.

Indonesia masih akan bertanding melawan Vietnam dan Jepang, yang secara fakta, level permainan dan peringkat FIFAnya juga jauh di atas Indonesia. Karenanya, becermin dari kekalahan atas Irak, bila saat meladeni Vietnam dan Jepang akan menggunakan taktik, strategi, dan kecerdasan pemain yang terbatas, maka mustahil, Garuda dapat menahan gempuran lawan.

Becermin

Usai laga, banyak publik yang merespon bingung, mengapa Shin Tae-yong (STy) tetap meracik taktik, strategi, dan memasang komposisi pemain seperti yang telah sama-sama kita saksikan bersama saat ditekuk Irak. Padahal tahu kualitas Irak.

Lebih dari itu, para pemain pun tidak menjawab kepercayaan STy dengan bermain penuh kecerdasan otak, hati, dan teknik. Bahkan, hampir semua pemain lokal dan beberapa pemain naturalisasi, ternyata masih sama-sama miskin intelegensi, personality, dan teknik. Hanya nampak kuat dalam fisik dari kesatuan TIPS.

Kemiskinan intelegensi, personality, dan teknik ini menjadi penyebab, tim bermain lebih sering merugikan diri sendiri. Gol pertama Irak, adalah hasil serangan balik akibat kebodohan salah satu pemain di 3 aspek TIPS itu. Begitu pun gol kedua, dan gol ketiga.

Kemiskinan 3 aspek TIPS itu, menjadi penghalang terbesar tim dapat mengimbangi permainan Irak. Komposisi pemain yang dipasang. Deretan pemain belakang seharusnya tidak seperti itu. Pemain tengah pun setali tiga uang, karena ada 3 aspek kelemahan. Buntutnya, sepanjang laga, pertahanan sangat mudah ditembus. Menyerang pun selalu kandas karena 3 aspek yang lemah.

Lebih dari itu, para pemain yang lemah dalam 3 aspek tersebut, malah sering unjuk gigi dengan sok menguasai bola, yang ujungnya mudah direbut lawan, dan menjadi penyebab lawan dapat mencetak gol.

Maaf, karena lemah otak dan hati, maka saat pemain lawan bermain kolektif, pemain +62 malah ingin dilihat jago bermain bola. Padahal apa yang dilakukan justru sedang bunuh diri, menunjukkan betapa lemahnya intelegensi, personality, yang imbasnya ke teknik (passing-control) salah, tidak akurat, mudah direbut lawan, dll. Lalu, menyalahkan rekan-rekan yang tidak salah.

Bila kelemahan 3 aspek ini tidak disadari juga oleh para pemain yang TIPSnya belum lulus sebagai pemain timnas, dan tidak lulus pula untuk berada dalam ajang Piala Asia, maka laga versus Vietnam dan Jepang, yang secara matematis kalah, maka hasil laga mustahil dapat diubah menjadi minimal imbang. Apalagi menang.

Pemain lokal masih gagal TIPS, akibat dari berbagai-bagai masalah dalam sepak bola Indonesia. Pemain naturalisasi pun, belum sesuai standar untuk ajang sekelas Piala Asia, apalagi Piala Dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun