Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sekadar Mengalir

14 Januari 2024   07:25 Diperbarui: 14 Januari 2024   07:45 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartoni JW

Bila memakai filsofijalani hidup seperti air mengalir,jangan sekadar mengalir.
Wajib memakai pedoman!

(Supartono JW.14012024)

Hingga artikel ini saya tulis,  filosofi tentang "Jalani hidup seperti air mengalir" tak lekang oleh waktu. Akan terus menjadi salah satu pedoman bagi umat manusia. Mengapa pilihan kata "mengalir" dijadikan salah satu pedoman kehidupan bagi manusia?

Alir, mengalir, sesuai KBBI, satu di antara maknanya adalah bergerak maju (tentang air, barang cair, udara, dan sebagainya). Sesuai makna tersebut, maka mengalir sangat tepat dijadikan filosofi kehidupan untuk manusia dalam menjalani hidup di dunia.

Segala sesuatu yang terus mengalir, bergerak, akan selalu menghadirkan kebaruan dan kejernihan. Hidup pun demikian adanya. Hidup adalah bergerak dan mengalir. Jika diam dan tidak bergerak, maka hanya kebekuan dan kejemuan IQ-EQ (otak/pikiran dan hati/perasaan) yang akan terjadi. Tidak akan lahir inovasi,
penemuan-penemuan baru, pencapaian-pencapaian baru, prestasi-prestasi, dan sejenisnya, sebab tidak ada kreativitas dan daya imajinasi.

Tentang air

Becara tentang air, di luar maknanya menurut KBBI,
Air sebagai benda yang sangat kuat dan fleksibel. Mampu mengalir melalui berbagai rintangan dan beradaptasi dengan segala bentuk area (tanah/wilayah) yang ditemui dan dilalui.

Karenanya air mengalir dijadikan salah satu kehidupan, karena:

(1) Air mengalir, pasti sampai di tujuan. Apa dan siapa pun yang mengahalangi air mengalir, batu besar, tembok besar, sampai bendungan yang kuat dan kokoh sekali pun, air akan tetap berupaya mencari celah demi dapat tetap mengalir, meski harus diawali dengan merembes. Bila volumenya bertambah, segala rintangan pun bahkan akan ikut terbawa dan tersapu air.

Sesuai fakta tersebut, bahwa setiap air mengalir, pasti sampai tujuan, maka dapat dijadikan pedoman bagi manusia yang memiliki cita-cita dan tujuan dalam kehidupan, pastikan tujuan dapat tercapai. Hadapi segala rintangan, tantangan, ujian dengan proses dan perjuangan yang tidak mengenal pasrah, kalah, lelah.

Seperti air, apa dan siapa pun yang menghalangi tercapainya cita-cita dan tujuan, pastikan dapat dihadapi, dilawan, ditaklukkan. Tentunya dengan modal dan bekal kecerdasan, pengetahuan, berpondasi agama yang kuat.

(2) Halangan besar dan kokoh menguatkan air. Sekali air dihadang oleh penghalang besar, maka akan mengumpul dalam jumlah  banyak. Bahkan sesungguhnya air yang diam dalam jumlah banyak sangat berbahaya. Itu karena dibalik diamnya, air tengah menyiapkan kekuatan besar untuk merobohkan dan menghancurkan penghalangnya.

Ini dapat dimaknai, ketika manusia menghadapi masalah, rintangan, halangan, di situlah ada kesempatan untuk berproses, belajar, melatih agar kemampuan, kekuatan, kompetensi dimiliki, sehingga dapat digunakan untuk menghadapi masalah, rintangan, dan halangan.

Dengan begitu, kecerdasan dan bekal dari belajar akan menjadi jalan keluar dari  masalah, rintangan, halangan yang dihadapi, menghalangi.

(3) Air yang mengalir, jernih. Air yang mengalir, lazimnya akan jernih. Tidak seperti air yang menggenang, biasanya keruh, kotor, berbau.

Maksudnya, dalam menjalani kehidupan, manusia harus mengalir terus. Terus bergerak, bergaul, bersosialisasi, berdaptasi, berkomunikasi, beraktivitas, belajar, kreatif, imajinatif, inovatif. Menjadi bermanfaat. Cerdas otak dan hati. Maka, seperti air mengalir, jernih.

Bukan seperti air yang menggenang, berdiam diri, pasif, tidak mau belajar, malas, tidak kreatif, tidak inovatif. Jiwa dan raga pun sakit. Miskin pikiran dan miskin hati.

Contoh kehidupan

Dalam pendidikan, pekerjaan, kepemimpinan, pemerintahan, hingga kegiatan-kegiatan di berbagai bidang, filosofi "jalani hidup mengalir seperti air" menjadi pedoman. Banyak yang berhasil meraih cita-cita dan tujuan, karena dibarengi dengan ikhtiar, usaha keras, dan doa. Bukan, jalani hidup mengalir seperti air, tapi tidak ada ikhtiar, usaha keras, dan doa.

Seperti, di kompetisi sepak bola level apa pun, setiap tim tentu bermain dengan tujuan berhasil/menang. Untuk meraih keberhasila/kemenangan, dalam mencetak gol, maka filosofi air mengalir, pasti digunakan.

Dan, kita dapat melihat tim yang mampu meraih kemenangan menggunakan filosofi mengalir seperti air, karena air mengalir, pasti sampai tujuan. Halangan besar besar dan kokoh, menguatkan air. Air yang mengalir, jernih.

Meski begitu, tetap banyak juga kita jumpai tim yang belum mampu menang/menciptakan gol dalam bertanding dengan filosofi air mengalir, karena lawan yang dihadapi memang sangat kuat dan kokoh. Sulit ditembus. Ini artinya, tim bersangkutan wajib berproses kembali, menyiapkan diri lebih baik, lebih solid, lebih kuat, lebih kompeten. Lebih cerdas teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS).

Dalam kehidupan nyata, di berbagai lini pun demikian, filosofi "hidup bagai air mengalir" banyak menjadi pedoman. Banyak pula yang cukup siap bersaing dalam mencapai cita dan tujuan dengan pemikira air mengalir, pasti sampai tujuan. Halangan besar besar dan kokoh, menguatkan air. Air yang mengalir, jernih. Maka, berhasil dan sukses.

Sebaliknya, meski sudah cukup menyiapkan diri, menggunakan filosofi air mengalir, namun tetap belum berhasil dan belum sukses. Yang demikian ini, wajib melakukan refleksi dan evaluasi diri. Lebih menyiapkan diri lagi dengan pondasi cerdas otak dan hati, serta semakin menguatkan iman.

Jadi, jangan sekadar mengalir. Tanpa ikhtiar, usaha keras, dan doa, filosofi jalani hidup seperti air tidak akan mengantar  kepada tercapainya tujuan yang kita citakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun