Mengapa bohong dan berbohong, ingat Pinokio?
Wajib kita sadari, bohong dan berbohong, sejatinya sedang menipu diri sendiri. Menggunakan topeng-topeng dusta.
Membincang bohong dan berbohong, tentu juga mengingatkan kita akan dongeng Pinocchio.
Pinocchio adalah dongeng yang sangat populer, diasosiasikan sebagai kebohongan. Kisahnya,
pada 1883, Carlo Collodi, penulis dongeng asal Italia, menciptakan karakter protagonis dalam kisah klasik The Adventures of Pinocchio.
Dikisahkan, Pinocchio (baca: Pinokio), awalnya sebuah boneka kayu yang dibuat oleh pemahat Geppeto. Ia berubah menjadi anak laki-laki lewat bantuan peri.
Dalam petualangannya sebagai anak laki-laki, ia memiliki karakter nakal dan suka berbohong. Setiap kali berbohong, maka hidungnya bertambah panjang. Pinokio pun gelisah.
Di akhir kisah, Pinokio menyesali perbuatannya. Tidak lagi berbohong kepada Geppeto dan siapa pun. Pinokio pun berubah menjadi anak laki-laki nyata yang baik. Hidungnya tidak lagi panjang, tetapi kembali normal.
Nilai-nilai atau amanah dari dongeng Pinokio adalah mengedukasi, mendidik, dan mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak berbuat bohong dan berbohong.
Apakah dongeng Pinokio ini, sekarang berhasil mengedukasi manusia untuk kehidupan di dunia nyata?
Jauh sebelum ada dongeng Pinokio, masing-masing agama telah mengajarkan bahwa bohong dan berbohong adalah perbuatan dosa.
Tapi ternyata, tetap saja manusia tidak pernah terhindar dari perbuatan bohong dan berbohong.