Apa komentar obyektif dari para administrator sekolah/TU, guru, dosen, masyarakat dengan hadirnya Kurikulum Merdeka? Bila kita tidak buta dan tuli, tentu dapat jujur seperti STy, yang menyatakan para pemain Timnas Indonesia lemah TIPS.
Cermin sepak bola kita
Berkaca dari dunia pendidikan yang jelas-jelas ada anggarannya, ada kementeriannya, ada kurikulumnya, sekolah, kampus, guru, dosen, dan semuanya yang mendukung pendidikan saja, pendidikan Indonesia masih bermasalah. Masih tercecer. Satu di antara sumber biang keladinya adalah keberadaan guru/dosen yang menjadi ujung tombak pendidikan, masih belum dapat diandalkan. Masih terlalu banyak guru dan dosen yang sekadar memenuhi prasyarat sudah sarjana. Tapi jauh dari kompetensi yang diharapkan.
Bagaimana dengan sepak bola Indonesia yang tidak ada anggaran pendidikannya? PSSI tidak pernah menyentuh sepak bola akar rumput dengan benar? Tidak ada kurikulum yang benar? Begitu banyak pelatih dan pembina yang tidak memenuhi kualifikasi, tapi tetap tidak dipedulikan?Â
Pondasi Timnas adalah sepak bola akar rumput. Tetapi pendidikan, pelatihan, dan pembinaan di akar rumput malah dibiarkan berjalan tanpa arah. PSSI dan klub justru tinggal memanfaatkan dan memetik hasil. Tidak malu meski tidak membiayai, tidak menanam, tidak merawat.
Ketua PSSI.yang sekarang malah maunya  sepak bola nasional mendunia. Uji tanding dengan tim kelas dunia. Menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Ancang-ancang mau menjadi tuan rumah Piala Dunia senior.
Tetapi tidak melihat fakta bagaimana kondisi Timnas dan asal muasal pemainnya. Maunya potong kompas, naturalisasi pemain. Mencari pemain diaspora yang ada di manca negara. Lucu.
Kasihan STy, harus mendidik ulang para pemain Timnas mulai dari bawah lagi. Sebab, pada akhirnya STy sadar, para pemain yang dihadapi adalah pemain-pemain yang lemah TIPS.Â
Mungkin PSSI bisa membantu STy, mendata para pemain Timnas, yang menempuh pendidikan formalnya benar. Mendapat nilai rapor dan ijazah karena benar-benar dari hasil pendidikan dan pembelajaran yang diikuti di sekolah/kampus. Bukan sekadar rapor dan ijazah formal yang angka-angka nilainya sekadar formalitas tidak berdasarkan kecerdasan TIPS yang seharusnya.
Apakah kejujuran STy, tidak akan ada itikad baik dari PSSI untuk rendah hati. Lalu, memgambil sikap memperbaiki? Sampai kapan PSSI akan membiarkan sepak bola akar rumput ditangani, dikelola, diampu, dididik, dibina, oleh SDM yang bukan ahlinya, bukan bidangnya, tidak memiliki kualifikasi yang sesuai standar pendidikan pada umumnya, dan lainnya?
Apakah sampai STy usai masa kontraknya? Atau sampai datang pelatih asing lainnya? Atau atau lainnya?