Bicara reuni yang dilaksanakan sesuai maksud dan tujuan yang benar dan baik, di Indonesia, baru saja dilaksanakan di sebuah sekolah di Purbalingga, Jawa Tengah. Reuni itu diberi judul Tebar Ikaga (Temu Akbar Alumni Ghanesa), Ghanesa adalah simbol atau lambang dari SMA Negeri 1 Purbalingga, Jawa Tengah.
Saya melihat, mengamati, Tebar Ikaga diproses dan dilaksanakan dengan benar dan baik. Tidak mudah mengakomodir 62 Angkatan yang sudah menjadi alumni SMA Negeri 1 Purbalingga. Namun, dengan segala kekurangan yang dapat diidentifikasi, saya simpulkan reuni itu dapat menjawab 9 pertanyaan yang menjadi indikator maksud dan tujuan sebuah reuni. Artinya, reuni dilaksanakan dengan hasil membawa kemaslahatan bagi semua yang terlibat di dalamnya.
Reuni itu juga mendampak pada dua hal yang positif. Insyaallah akan membuat anggota sehat dan berumur panjang. InsyaAllah membantu anggotanya daapat menghilangkan stres, atau yang mungkin sampai sedang mengalami depresi, reuni dapat menjadi pintu untuk sembuh. Aamiin.
Tebar Ikaga yang yang sudah dihelat sejak 22-24 September 2023, juga melaksanakan ujung tombak reuni, yaitu program bakti sosial seperti melakukan penghijauan, pembuatan tandon air, hingga perbuatan bakti kepada SMAN 1 Purbalingga. Segenap guru purna bakti pun menjadi sasaran dari ajang bakti. Ada program Jumat Berkah, Gowes Ganesha yang menyehatkan, Pameran Lukisan yang hasilnya disumbangkan, Malam Ramah Tamah, Ikaga Peduli Guru, Ikaga Sharing session, BTN Ikaga UMKM Fair, Workshop Cartoon, Donor Darah. Acara reuni Ikaga ini pun baru akan selesai pada Sabtu, 29 September 2023, yaitu Penghijauan lagi serta Peresmian Pembuatan Tandon Air di Pepedan Pangadegan, Purbalingga.
Reuni yang terprogram dengan benar dan baik ini, salah satu buktinya, semua acara dapat berjalan sesuai program, karena sponsor dan donatur yang mendukung, terutama atas bantuan dari semua alumni, reuni yang menghabiskan anggaran ratusan juta ini, dan digelar untuk pertama kali sejak 62 tahun yang lalu, saya sebut sukses.
Mustahil reuni dapat sukses, mampu menyerap anggaran yang besar untuk membiaya semua program yang digariskan, bila para penggawa panitia yang menggawangi sejak merancang, memprogram, hingga proses persiapan sampai pelaksanaan tidak di ampu oleh para alumni yang kompeten di bidangnya.
Catatan lainnya, selain reuni saya sebut sukses, saya juga melihat dan mengamati hal-hal terkait humaniora. Di luar kesuksesan acara reuni itu, seperti juga terjadi pada reuni-reuni pada umumnya, seperti saya sudah mengulas tentang generasi mentalitas digital, tetap saja ada anggota alumni yang sangat antusias hadir di setiap program acara, atau antusias hadir di acara utama, karena ingin menonjolkan keberhasilannya. Ada yang datang menunjukkan kehedonannya. Ada yang tetap rendah hati seperti di masa SMA, meski sangat berhasil. Ada yang sudah berhasil, dalam komunikasi dunia maya, dichat saja tidak direspon. Banyak alumni yang masih gagal, lalu minder hadir di acara reuni, Dan semua itu sangat manusiawi.
Nampak jelas, dalam reuni, ada anggota yang sudah selesai dengan dirinya, nampak berbudi pekerti luhur dan rendah hati. Ada anggota yang sekadar mau pamer keberhasilan dan lainnya. Semua kondisi itu, tentu dapat dirasakan oleh masing-masing anggota.
Namun, yang sangat bermaslahat dari acara reuni itu adalah selain menjadi ajang silaturahmi dan menunjukkan sikap berbakti, reuni Tebar Ikaga 2023, dapat dijadikan contoh alternatif, reuni alumni sekolah yang benar dan baik untuk Kota Purbalingga khususnya, dan untuk Indonesia pada umumnya.
Tebar Ikaga 2023 juga  sangat memotivasi seluruh peserta didik aktif  SMAN 1 Purbalingga. Dapat meneladani kakak-kakaknya, sehingga menjadi lebih giat belajar untuk menggapai kesuksesan. Dalam program Sharing Session, menarik saya ungkap, bahwa nara sumber yang sudah cukup berhasil dan menjadi "orang" memberikan kunci rahasia bahwa keberhasilan sesorang di dunia nyata, ternyata tidak selalu harus diukur oleh prestasi peserta didik semasa duduk di sekolah. Sebab, banyak alumni yang di sekolah berprestasi dan menonjol, banyak yang nasib kehidupannya tidak berbanding lurus dalam pencapaian kesuskesan di dunia nyata. Sebaliknya, banyak peserta didik yang biasa-biasa saja saat sekolah, tetapi kini berhasil, menjadi orang yang sukses, punya kedudukan dan jabatan menterang, pun tetap kaya hati dan rendah hati. Ada juga, alumni yang sukses, punya kedudukan dan jabatan penting, kaya harta, tetapi miskin hati. Sementara, alumni yang masih belum sukses, masih rendah diri untuk ikut hadir atau terlibat dalam setiap program reuni.
Itu semua sangat manusiawi. Tetapi, alumni yang tetap tahu diri, berbudi, santun, dan rendah hati, tentu akan menjadi pembicaraan dan teladan bukan saja oleh adik-adik peserta didik, juga menjadi teladan bagi sesama alumni.