Ujungnya situasi "like" dan "dislike" atau "suka" dan "tidak suka" menjadi drama keseharian yang bukan hanya saya tonton, tetapi saya rasakan, karena saya pun menjadi bagian aktor di dalamnya yang ikut kena adegan itu.
Menjadi saksi yang melihat betapa orang-orang masih belum selesai dengan dirinya sendiri, takut kehilangan yang bukan milik. Jauh dari sikap berbesar hati dan rendah hati. Saat ada orang berhasil dan berprestasi, yang ada adalah sikap iri dan syirik. Bahkan melakukan tindakan mengambil hak yang seharusnya menjadi hak orang yang berhasil dan berprestasi.
Di sisi lain, saya juga menjadi saksi betapa orang-orang yang telah selesai dengan dirinya, bahkan ada yang menyebut harta benda, kedudukan, jabatan yang mengantarnya sukses di dunia, hanyalah amanat, titipan Allah, yang harus dirasakan oleh orang lain. Bukan dinikmati untuk diri, keluarga, kelompok, atau golonganya sendiri. Ada hak orang lain di dalamnya.
Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang kaya pikiran dan kaya hati, berbagi, mengapresiasi, dan menghargai, bagi mereka seperti aliran darah yang mengalir normal di dalam tubuh kita. Mengalir dan mengalir. Berbagi dan berbagi. Mengapresiasi dan mengapresiasi. Menghargai dan menghargai. Sangat nyata karakter berbesar hati, peduli, tahu diri, simpati, dan rendah hatinya.
Karenanya, saya mencantumkan titel di setiap artikel yang saya tulis sebagai pengamat pendidikan nasional dan sosial. Lalu, pengamat sepak bola nasional, itu dalam rangka terus mengapresiasi dan menghargai media cetak yang telah memberikan anugerah terhadap saya karena konsisten menulis artikel di kolom opini mereka.
Anugerah sebagai pengamat pendidikan nasional dan sosial, saya dapatkan dari sebuah media cetak, setelah sekian tahun saya aktif dan produktif di kolom opini mereka.
Begitu pun anugerah sebagai pengamat sepak bola nasional. Saya dapatkan setelah saya konsisten mengisi kolom opini di media cetak mereka dalam hitungan tahun.
Jadi, anugerah itu bukan dari hasil sok-sok an saya, gaya-gaya an saya. Ada fakta dan buktinya, saya simpan di perpustakaan saya, detil proses konsisten menulis artikel itu.
Mendapatkan anugerah itu, saya rasakan, perjuangannya tidak berbeda seperti saat menempuh pendidikan S1 atau S2.
Meneladani orang-orang dan pihak yang kaya pikiran, kaya hati, berbesar hati, dan rendah hati hingga tidak henti mengapresiasi dan menghargai orang/pihak lain, sebab saya pun mendapatkan Anugerah Youth Soccer Award 2010 dari pihak tertentu, juga penghargaan-penghargaan kejuaraan pendidikan nasional seperti dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Pembelajaran), dll, maka dengan kemampuan saya yang terbatas, saya pun menggelar kegiatan mengapresiasi dan menghargai.
Kegiatan itu di antaranya berbagi tentang pendidikan/sepak bola/teater ke sekolah-sekolah, dan menyelenggarakan Kejuaraan Sepak Bola Nasional (KSN) yang pesertanya, saya pilih wadah sepak bola akar rumput, perwakilan dari provinsi-provinsi di Indonesia. Tahun ini, KSN akan saya gelar pada 30-31 Oktober 2023.