Kelima, sadar kehidupan tidak selalu adil
Menyadari bahwa kehidupan tidak selalu adil. Dalam keseharian, orang-orang yang ditimpa masalah atau kesulitan, bahkan sekadar untuk meminta bantuan, tidak mudah, karena berbagai alasan, entah malu, sungkan, tak mau merepotkan, dan lain sebagainya.
Apakah melihat kondisi tersebut, saya, kita, yang barangkali memiliki kemampuan untuk membantu, sebelum mereka meminta, saya, kita, sudah hadir, datang mengulurkan tangan duluan. Sebab, saya, kita, menyadari bahwa kehidupan tidak selalu adil bagi keluarga kita yang lain, juga bagi orang lain.
Saat saya, kita, Â merasa diberikan kehidupan yang lebih beruntung dari mereka, ternyata, saya, kita, juga berharap mereka juga bisa merasakan seberuntung saya, kita. Perbuatan salah satunya adalah berandil meringankan beban mereka, bukan bersikap menutup mata, menutup telinga. Apalagi menutup hati.
Dengan begitu, saya, kita, tergolong orang-orang yang kaya pikiran dan kaya hati.
Bersyukurlah, bila dalam kehidupan di dunia ini, saya, kita, dekat dengan orang-orang yang pandai bersyukur, baik, dan peduli. Sehingga, langkah kehidupan menjadi ringan.
Dan semoga, sikap dan karakter pandai bersyukur, baik, dan peduli itu, juga tertanam dalam pikiran dan hati saya, kita, sehingga saya, kita ikut serta menjadi golongan orang yang pandai bersyukur, baik, dan peduli kepada diri sendiri, keluarga, saudara, teman, sahabat, dan orang lain. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H