Orang-orang yang rendah hati, ciri utamanya, selalu menjadi pendengar yang benar dan baik. Dari mendengarnya, di situlah terbuka pintu pelajaran kehidupan yang baru.
Menjadi pendengar yang benar dan baik, ibarat diri kita sebagai gelas kosong yang senantiasa memiliki keinginan untuk mencari tahu dan belajar tanpa berhenti. Gelas kosong=kerendahan hati. Lawannya gelas penuh, tidak mau mendengarkan orang lain=sombong.
Orang-orang yang sukses, selalu lebih sering mendengarkan daripada berbicara.
Sebab, tidak perah merasa dan menunjukkan sikap bahwa diri menjadi orang yang paling hebat, paling pintar, dan paling tahu. Selalu bukan hanya dapat menerima masukan. Bahkan meminta masukan untuk memperbaiki diri dan langkah-langkahnya.
Begitu mahalnya menjadi orang yang rendah hati yang otomatis menjadi orang yang pandai mendengar, maka saya dan banyak orang-orang  di sekililing kita sampai para elite dan pemimpin di negeri ini, masih menganggap orang lain itu bodoh.Â
Padahal bukan orang lain yang harus disalahkan, tapi cara saya, cara kitalah yang seharusnya dibenahi, karena sulit menerima masukkan dari orang lain.
Saya akan terus berupaya menjadi orang yang pandai mendengar. Terus belajar. Selalu berupaya menjadi gelas kosong. Terhindar menjadi orang yang sok pintar, sok tahu. Harus terus dilatih.
Yah. Pasti. Mendengarkan orang lain, akan banyak hal benar dan baik yang saya dan kita dapatkan. Menjadi pintu-pintu lain dari langkah-langkah yang belum tertapaki, untuk perbuatan benar dan baik lainnya, berikutnya. Bekal untuk produk kreativitas dan inovasi. Pondasinya kerendahan hati, karena kaya pikiran dan kaya hati. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H