Bahkan, saat berbicara, Bapak pun hanya menyebut LTS, Garuda Select, dan Elite Pro Academy (EPA). Mengapa Bapak tidak menyebut Piala Soeratin? Maaf, mungkin Bapak sendiri tidak tahu Piala Soeratin model dan sistemnya seperti apa. Sehingga tidak mendarah daging, tidak familiar dalam pikiran dan hati Bapak, sampai lupa menyebutnya. Padahal Piala Soeratin adalah produk kompetisi resmi PSSI yang bila dikelola dengan benar dan baik, menjadi kiblat pembinaan dan kompetisi usia dini dan muda yang hebat. Menghasilkan pemain hebat sesuai hasil produk pembinaan dan kompetisi yang akan mengisi gerbong Timnas di semua kategori umur.
Kompetisi sepak bola usia dini dan muda itu, tanggungjawab mutlaknya ada di federasi bernama PSSI. Sama persis seperti tanggungjawab kompetisi Liga 1 dan Liga 2. Bahkan Liga 3 pun seharusnya menjadi tanggungjawab PSSI, namun pelaksanaannya pun sudah salah. Sebab di kelola oleh Asprov PSSI.
Maaf. Apa pernah, ada negara di luar sana, yang pemain nasionalnya, dipilih dan diambil dari luar kompetisi resmi federasinya? Dari audisi pemain seperti audisi penyanyi? Seperti yang sekarang PSSI lakukan untuk memenuhi kuota pemain Timnas Indonesia U-17? Apa pemain Timnas Indonesia Senior juga pernah diambil dari kompetisi swasta atau hasil audisi?
Lihatlah fakta, ketika Indra Sjafri, memilih 2-3 pemain dari luar kompetisi Liga 1, apa sorotan media, publik, pengamat, dan praktisi sepak bola nasional? Tetapi saya salut kepada Indra Sjafri, bahwa kompetisi Liga 2 atau Liga 3, juga kompetisi resmi yang dihelat oleh PSSI Jadi, saat ada pemain dari Liga 2 dan Liga 3 ikut merasakan berjersey timnas, di mana salahnya?
Saat Indra Sjafri memilih pemain dengan cara blusukan. Itu jelas latas belakangnya. Sebab, saat itu, PSSI juga tidak melakukan pembinaan dan kompetisi usia dini dan muda yang resmi, konsisten, dan berjenjang. Ternyata, Bima pun, kini dihadapkan oleh persoalan yang sama. Demi meracik Timnas Indonesia U-17, untuk menghadapi Piala Dunia U-17, harus comot pemain dari sana-sini. Harus pakai carai audisi. Bahkan, para pemain jebolan kompetisi yang diprakarsai oleh pihak swasta, malah bereseliweran dengan mudah masuk menjadi pemain Timnas Sepak Bola Indonesia.
Pak Erick, yang saya tahu, federasi sepak bola bernama PSSI, selama ini baru mengurus secara resmi, Turnamen Piala Soeratin. Perlu digarisbawahi. Piala Soeratin itu hanya sekadar turnamen. Bukan kompetisi. Atas nama Klub, berjenjang dari tingkat kota/kabupaten, naik ke tingkat provinsi.
Sebab hanya sekadar menjalankan program dari PSSI Pusat, maka Asprov dengan bantuan Askot/Askab menggelar Turnamen Piala Soeratin asal jalan. Banyak sekali klub anggota Askot/Askab yang tidak melakukan pembinaan usia dini dan muda. Tetapi, diminta ikut dan mengirimkan Tim U-13 dan U-15. Mau tidak mau, banyak klub yang akhirnya hanya comot-comot pemain atau bekerjasama dengan SSB, demi klubnya dapat berpartisipasi dalam turnamen Piala Soeratin di Askot/Askab.
Saat turnamen Piala Soeratin di gelar, barulah ketahuan, bahwa seorang pemain ternyata dapat membela sekolahnya dalam turnamen antar sekolah, atau membela SSBnya dalam kompetisi LTS dan kompetisi swasta lainnya atau kompetisi yang mengantar pemain dapat masuk ke Garuda Select, atau menjadi pemain Piala Soeratin klub, atau dicomot masuk salah satu klub Liga 1 untuk EPA. Luar biasa lho, seorang pemain, bisa menyandang minimal sebagai pemain di 5 turnamen/kompetisi, meski di antara turnamen/kompetisi tersebut, sudah mengguakan sistem registrasi pemain online.
Pak Erick, semua itu bisa terjadi, sampai sekarang, sebab, PSSI tidak pernah menjadi kiblat pembinaan dan kompetisi sepak bola usia dini dan muda yang benar. Tidak ada yang dapat dijadikan patokan untuk pembinaan dan kompetisi usia dini dan muda disingkronkan.
Pak Erick, sampai hari ini, saya masih mencatat turnamen Piala Soeratin yang digulirkan oleh PSSI, sebagai turnamen yang seharusnya paling ideal, sebagai kawah candradimku lahirnya pemain hebat untuk Timnas Sepak bola Indonesia. Sayang, Piala Soeratin, justru dijalankan seolah hanya program tempelan PSSI.
Saya merasakan betul pamor Piala Soeratin di Indonesia yang  saat itu diputar oleh PSSI hanya khusus untuk kategori U-18. Saya pun dapat menyebut, bahwa Piala Soeratin U-18 adalah tiket utama, bagi setiap pemain yang akan berkiprah di Kompetisi Perserikatan atau Galatama. Mungkin, juga dapat diidentifikasi, siapa pemain Timnas Sepak bola Indonesia yang tidak melalui jalur Piala Soeratin, tetapi dapat berjersey timnas. Apa dapat kita temukan?