Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menghargai Keberadaan Sepak Bola Akar Rumput, Wadahnya, dan Sepak Bola Putri/Wanita

10 Juli 2023   14:01 Diperbarui: 10 Juli 2023   14:04 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Menanti sikap-tindakan-perbuatan menghargai sepak bola akar rumput (usia dini-muda) dan wadahnya, serta menanti penghargaan terhadap sepak bola putri/wanita dari yang punya kuasa.

Drs. Supartono, M.Pd. / Supartono JW. Pengamat/praktisi pendidikan nasional dan sosial. Pengamat/praktisi sepak bola nasional

Depok.10072023

Kendati, Argentina mampu didatangkan ke Indonesia. Ditawari atau meminta menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 pun dapat direalisasi. Namun, apakah pengurus baru PSSI yang terus menggebrak dengan berbagai program instan mengiringi langkah-langkah yang politis dan di tahun politik, apakah gebrakan-gebrakan tersebut sudah menyentuh pada akar masalah sepak bola nasional?

Pondasi

Di seluruh negara, di dunia ini, atau sampai ujung dunia pun, yang namanya podasi atau dasar bangunan yang kuat untuk segela hal di berbagai bidang lini kehidupan, tentu menjadi prioritas direalisasikan dengan cara seperti dipikirkan, dibentuk, disentuh, dididik, disiapkan, di rawat dan lainnya. Sebab, apa pun hal di berbagai bidang lini kehidupan, bila pondasinya tidak kuat, maka segala hal yang ada di atasnya akan lemah.

Tidak terkecuali dalam hal sepak bola, pengurus baru PSSI terus menggebrak di bagian atas, tetapi juga terus mengabaikan yang di bagian bawah, bagian pondasi. Hal ini setali tiga uang dengan dunia pendidikan Indonesia yang juga terus terpuruk. Siswa baru mau masuk sekolah formal saja, cara masuknya, dengan sistem PPDB, sudah menjadi ajang akal-akalan pihak sekolah, orangtua calon peserta didik, dan pihak-pihak lain yang terkait.

Saya pikir, para pelaku yang tidak memikirkan bagian pondasi ini, biasanya hanya dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak paham apa itu keorganisasian, apa itu kepemimpinan, apa itu regenerasi, apa itu manajemen, dan apa-apa yang lain. Tetapi, justru orang-orang yang paham apa itu keorganisasian, apa itu kepemimpinan, apa itu regenerasi, apa itu manajemen, dan apa-apa yang lain, justru menjadi licik, memanfaatkan situasi dan kondisi, lalu mengambil keuntungan demi kepentingan pribadi atau golongannya.

Tidak peduli bahwa yang dilakukannya sedang menciderai dan merusak tatatan, melupakan pondasi. Tidak peduli apa pun yang ada di bagian atasnya akan lemah dan rapuh. Terpenting, atasnya nampak indah dan mewah demi kepentingan instan, karena ada tujuan lain yang tidak maslahat, tetapi mudarat.

Sepak bola akar rumput dan sepak bola wanita

Gebarakan-gebrakan sang ketua umum PSSI, sampai artikel ini saya tulis, nyatanya masih tetap belum ada indikasi, pondasi sepak bola nasional itu akan dipikirkan, lalu direalisasikan agar benar-benar menjadi kuat. Padahal, hemat saya, tidak ada yang sulit untuk membuat pondasi sepak bola nasional, yaitu sepak bola akar rumput rumput Indonesia menjadi kuat. Sangat mudah, bila sang ketua umum mau.

Sayang, jangankan memikirkan dan merealisasikan agar sepak bola akar rumput Indonesia menjadi pondasi yang kuat, kini, dalam kancah sepak bola wanita yang bahkan sedang berlangsung di Indonesia, PSSI malah tidak membuat para pesepak bola wanita Indonesia dihargai di negeri sendiri. Malah, ada media yang sampai menulis, ajang Piala AFF U-19 Wanita yang di gelar di Indonesia 5-15 Juli 2023, adalah contoh diskiminasi nyata pada wanita. Padahal, Indonesia menjadi tuan rumah, dengan Stadion Gelora Sriwijaya dan Stadion Atletik Jakabaring, Palembang menjadi tempat bertanding.

Di mana tidak dihargai dan diskriminasinya? Ternyata, PSSI tidak serius mempromosikan Piala AFF U-19 ini. Tidak ada satu pun stasiun televisi yang menayangkan langsung para pesepak bola putri Indonesia berlaga.

Praktis dalam laga fase grup yang sudah berlangsung tiga kali, di setiap pukul 19.30, publik sepak bola nasional hanya dapat difasilitasi menonton dari tayangan ulang laga-laga remaja putri Indonesia, yang bahkan masih tergolong pemain sepak bola usia muda. Tayangan ulang itu pun disajikan oleh salah satu TV swasta pada pukul 23.00 WIB.

Pertanyaannya, ada perbedaan keuntungan dan kepentingan kah, sepak bola wanita ini dengan sepak bola pria? Bila, gelaran Piala AFF U-19 Wanita  2023 ini, tidak digelar di Indonesia, lalu stasiun TV di Indonesia tidak ikut menyiarkan langsung saat Timnas Wanita Indonesia U-19 berlaga saja, apa pun alasannya, tentu tidak akan logis. Sekarang, gelaran Piala AFF U-19 Wanita  2023, Indonesia tuan rumahnya. Apa alasannya, PSSI?

Padahal di Piala AFF U-19 Wanita 2023 yang merupakan edisi ketiga, 10 negara ambil bagian, yaitu: Indonesia (tuan rumah), Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Myanmar, Filipina, Kamboja, Loas, dan Timor Leste. Di bagi ke dalam 3 grup. Tim semifinalis diambil dari juara grup dan satu runner-up terbaik.

Sudah menjadi juara grup

Sayangnya, sama seperti penyepelean terhadap sepak bola akar rumput dan wadahnya, ingar-bingar perjuangan Garuda Pertiwi Muda yang diasuh pelatih Rudy Eka Priyambada,

dibuat luput dari perhatian para pencinta sepak bola nasional. Meskipun PSSI bertindak sebagai tuan rumah dan bermain di Palembang, namun tetesan deras keringat para remaja putri, wanita remaja Nusantara sementara diabaikan dari pantauan, karena tidak ada satu pun stasiun TV nasional yang menyiarkan secara live.

Jauh bedanya tatkala perhelatan yang melibatkan Timnas Indonesia pria, di mana selalu mendapatkan atensi luas dari para pencinta sepak bola nasional, karena PSSI menggandeng pelaku industri olah raga termasuk stasiun TV untuk menyiarkan secara langsung.

Sebab tidak ada stasiun TV yang menyiarkan langsung, kehadiran para suporter yang memenuhi stadion ikut signifikan berkurang. Pasalnya, banyak publik sepak bola nasional, yang mengaku tidak mengetahui, jika saat ini sedang berlangsung turnamen yang melibatkan Timnas Putri Indonesia.

Sebuah hal yang tentu saja berbeda dengan perlakuan PSSI dan stakeholder terkait, sehingga publik pencinta sepak bola tanah air, tidak dapat ikut menjadi saksi Timnas Garuda Muda Pertiwi ini beraksi, sejak fase grup. Jauh berebeda dengan event-event yang diikuti oleh Timnas Indonesia pria. Bila sepak bola pria, jauh-jauh hari euforianya sudah digembar-gemborkan oleh media ternama. Tak hanya itu, stasiun-stasiun televisi saling berebut untuk menyiarkan pertandingan tersebut, di jam prime time.

Saya prihatin. Bahkan sangat prihatin atas kondisi ini. Sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) dan wadahnya (SSB) adalah pondasi Timnas Indonesia. Sepak bola putri atau wanita, apalagi yang kini berlaga di Palembang, juga masih tergolong pemain usia muda. Kapan dihargainya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun