Malah, pihak yang mendatangkan Argentina ke Indonesia saja, belum pernah saya baca, serius memikirkan sepak bola akar rumput Indonesia. Wadahnya pun dibiarkan terlantar tanpa fungsi dan kedudukan yang jelas. Tidak ada regulasi. Padahal dia pondasi sepak bola nasional.
Lihatlah, saat publik sepak bola Indonesia dikagetkan, tiba-tiba ada sekelompok pemain muda yang diasuh oleh para legenda sepak bola dunia di Senayan. Orang-orang bertanya, dari mana para pemain U-16 yang dipanggil PSSI berasal? Apa binaan Klub Liga 1/Liga 2 dan lainnya?
Mendatangkan Argentina yang untuk kemewahan tanpa realistis melihat kondisi Timnas Indonesia, itu sama dengan tetap menutup mata terhadap sepak bola akar rumput. Tapi, meski menutup mata.
Tetap saja memetik bukan dari hasil tanamannya. Ada pemain U-16 yang tiba-tiba sudah menjadi tim dan dipamerkan di hadapan para legenda sepak bola dunia. Apa para pemain itu, jatuh/turun dari langit?
Argentina datang, publik sepak bola nasional yang jelata, tetap saja hanya bisa menonton dari layar kaca. Padahal dalam urusan politik, suara mereka siginifkan untuk mendapatkan kursi kekuasaan.
Yah, antara kehormatan, kemewahan, momentum, realitas, rakyat jelata, tidak menanam tapi memetik, seharusnya menjadi refleksi dan bercerminnya yang memimpin PSSI saat ini.
Tapi, berpikir dan bertindak realistis, bukan prioritas bagi pihak yang memiliki kepentingan lebih besar dari fakta tentang sepak bola Indonesia itu sendiri, dari dulu sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H