Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

(29) Jalani Segala Sesuatu karena Tahu dan Paham, Bukan Sekadar Ikutan

20 April 2023   21:23 Diperbarui: 20 April 2023   21:27 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Orang-orang yang cerdas intelegensi dan personality, tentu paham dan tahu, apa alasan dan tujuan, mengapa 1 Syawal 1444 H di Indonesia berbeda hari dan tanggal.(Supartono.Ramadan29.1444h.20042023)

Kamis (20/4/2023), ibadah Ramadan 1444 Hijriah (H) sudah memasuki hari ke-29. Bersamaan dengan itu, Pemerintah melakukan Sidang Isbat.

Hasilnya, Kemenag RI menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Keputusan Lebaran 2023 jatuh pada Sabtu, 22 April 2023 disampaikan Menteri Agama (Menag) Yakut Cholil Qoumas setelah sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama, Kamis (20/4/2023).

Tempatkan diri kita, netral

Atas keputusan pemerintah tersebut, artinya, 1 Syawal di Indonesia akan ada dua hari. Yaitu, Hari Jumat, 21 April 2023 yang dirayakan oleh Muslim Muhammadiayah. Dan, Hari Sabtu, 22 April 2023, yang dirayakan oleh Muslim Nahdlatul Ulama (NU) alias Pemerintah RI.

Penentuannya, sama-sama dilakukan berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW. Haditsnya: "Berpuasalah kamu jika melihat hilal (bulan) dan berhari rayalah jika melihat hilal," sembari menambahkan bahwa proses penentuan hilal bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu rukyat dan hisab.

Rukyat adalah proses melihat hilal dengan mata telanjang dibantu teropong seperti praktik yang dilakukan semasa Nabi Muhammad SAW. Sementara, hisab adalah proses melihat hilal dengan hitungan ilmu astronomi sembari menambahkan bahwa proses rukyat selalu didahului hisab sebelum dilajukan pengecekan secara fisik.

Karena itu, jelas, pasti, bahwa Muhammadiyah dan Pemerintah yang = NU, sama-sama berhari raya pada tanggal 1 Syawal. Bedanya hanya dalam melihat derajat ketinggian hilal.

Perbedaan hari perayaan, Hari Raya Idul Fitri yang sama-sama menyebut sebagai 1 Syawal, bila dianalisis secara obyektif dan cerdas, tentu akan ditemukan akar masalahnya. Bukan sekadar dari cara menentukanya, yaitu metoda rukyat dan hisab.

Coba, tempatkan diri saya, kita secara netral. Apa yang benar dan salah dari keduanya. Teliti secara detail. Apakah perbedaan itu hanya sekadar karena rukyat dan hisab?

Bila Anda, benar-benar dapat menjadi orang yang netral, maka Anda akan dapat menemukan persoalan yang sebenarnya, menjadi latar belakang, tujuan, dan sasaran, mengapa sama-sama 1 Syawal, tetapi hari dan tanggalnya secara Masehi berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun