Berhala politik dapat dipahami sebagai sebagai tingginya daya pikat dan keterlibatan orang dalam dunia politik, tetapi melupakan kontrol moral. Berhala  politik juga diartikan sebagai jebakan yang mengalihkan kesadaran manusia dari sebuah kontrol sosial sehingga orang hanya berkutat pada persoalan dirinya, partainya, transaksinya, dan lainnya, dengan dunianya yang sedang di kejar.
Akibatnya, moral bagi orang yang diidap berhala politik sudah ditanggalkan. Tidak ada lagi etika, tata krama, tahu diri, simpati, empati, peduli, rendah hati di dalam pikiran dan hati nuraninya.
Bila mereka nampak bermoral dalam kehidupannya, sudah barang tentu, itu hanya nampak casingnya. Semoga, mereka segera mendapat hidayah, ke luar dari memberhalakan politik. Tidak terikat oleh transaksi politik.
Semoga, saya, kita, selalu menjadi bagian orang yang pandai bersyukur, peka, sadar diri, tahu diri, rendah hati, karena cerdas otak dan emosi. Menjadi orang yang dapat berbagi kebahagiaan di setiap waktu, sebab bulan-bulan yang lain, juga dianggap spiritnya seperti bulan Ramadan. Hari-hari yang lain pun sama seperti Hari Raya Idul Fitri.
Bila belum mampu sampai seperti itu, minimal di bulan Ramadan dan Hari Rsya Idul Fitri nanti, saya, kita, menjadi kelompok orang-orang yang pandai berbagi kebahagiaan karena Allah. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H