Paham masyarakat Indonesia masih terus didera ketidakadilan dan penderitaan. Miskin pemikiran karena masih belum mendapatkan kesempatan dalam hal pendidikan. Yang sudah dapat pendidikan, juga masih belum dapat dibanggakan. Pendidikan Indonesia terus tercecer dari negara lain.
Akibatnya, masyarakat Indonesia juga terus miskin harta karena belum berpendidikan dan yang berpendidikan pun belum sesuai harapan. Karenanya terus menjadi obyek kelicikan para elite di negeri ini yang menguasai segala lini, dengan program unggulan, menjadikan rakyat adalah kendaraan mereka untuk meraih kedudukan, kekuasaan, tahta, dan harta. Rakyat terus dibodohi.
Daya beli masyarakat kontraksi
Akibatnya, fakta di bulan Ramadan 1444 Hijriah, kendati virus Corona bisa dianggap sudah lenyap, tetapi daya beli masyarakat jelang lebaran, ternyata tetap mengalami kontraksi.
Kontraksi adalah pengerutan (sehingga menjadi berkurang panjangnya), proses atau hasil pemendekan suatu bentuk kebahasaan, tarik-menarik antara atom dalam sebuah molekul, penegangan; pengerasan; penguncupan (tentang otot), kerunyutan (tentang parut luka).
Dengan begitu dapat diartikan, daya beli masyarakat mengerut, pendek, menguncup, kerunyut, atau istilah sederhannya menurun/berkurang.
Dari hasil riset yang saya kutip dari CNBC.com, tayang Senin (10/4/2023) menyebut bahwa:
(1) Minat belanja masyarakat belum melonjak pada awal Ramadan 2023.
(2) Pembelian fashion dan perhiasan yang biasanya naik masih rendah menjelang Lebaran
(3) Pembelian belanja barang tahan lama juga terkontraksi
Sesuai Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan nilai belanja masyarakat pada awal April tercatat 136,4 sementara frekuensi orang berbelanja tercatat 160,5.
Sebagai catatan, Ramadan jatuh pada 22 Maret dan diperkirakan berakhir pada 21/22 April 2023. Namun, nilai belanja hanya naik 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal, mobilitas masyarakat sudah jauh melonggar.
Selanjutnya, selama Ramadan, pengeluaran yang naik drastis adalah kebutuhan ritel sehari-hari. Sebaliknya, barang tahan lama berkurang.
Pada pekan pertama Ramadan, pengeluaran masyarakat untuk bensin dan hotel turun sejalan dengan melandainya mobilitas dan jasa wisata.
Berikutnya, proporsi belanja masyarakat untuk fashion per akhir Maret 2023 atau awal Ramadan hanya 10,1%.
Proporsi tersebut lebih kecil menjelang Ramadan 2022 yang tercatat 10,6% atau periode Ramadan 2022 yang tercatat 12,1%.
Sementara, proporsi belanja masyarakat untuk perhiasan per akhir Maret 2023 sebesar 6%. Proporsi tersebut jauh lebih kecil dibandingkan periode sebelum dan selama Ramadan 2022 yang tercatat 6,8% dan 8%. Padahal, biasanya, proporsi belanja fashion dan perhiasan akan meningkat drastis menjelang Lebaran.