Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

(20) Daya Beli Masyarakat Kontraksi, Sebab Tahu Diri, Menahan Diri?

11 April 2023   11:22 Diperbarui: 11 April 2023   11:31 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Orang-orang yang mampu "menahan diri", tahu bahwa dirinya: kaya pikiran, kaya hati, kaya harta dari jalan yang benar dan baik. Tahu bahwa dirinya: kaya pikiran, kaya hati, tetapi masih miskin harta, dan tetap di jalan yang benar dan baik.

(Supartono JW.Ramadan20.1444H.11042023)

Penghujung fase 10 hari kedua, maghfirah/magfirah, hari ke-20 Ramadan 1444 Hijriah, ada yang sangat menarik di ulas.

Smartphone masyarakat menjadi mata

Di satu sisi, masyarakat yang bergaya hidup hedon, sudah mulai tengkurap alias bersembuyi, sebab sudah ada contoh, harta benda dan uang yang didapatkan suami/istri yang menjadi kekayaannya justru malah diselidiki asal-usulnya oleh KPK, karena tidak sesuai dengan fakta atau realitas sesuai jabatannya dalam pekerjaan atau bisnis.

Bahkan, mengingat begitu masifnya berita negatif tentang kelakuan oknum pegawai pajak, bukan tidak mungkin dampaknya juga akan dirasakan oleh pegawai pajak yang lain. Minimal, mereka akan ikut menanggung malu. Ibarat kata, jika dulu para pegawai pajak ini mudik atau pulang kampung dengan membawa kebanggaan, sebagai pegawai pajak,  sekarang sudah tidak bisa lagi, sebab masyarakat sudah memandang lain. 

Sejatinya, sebelum kasus Mario Dandy mencuat, hingga dampaknya bukan saja kepada orangtuanya yang kini dimiskinkan,  sudah sejak dulu, pemikiran masyarakat, bila ditanya apa pendapat tentang tetangga yang pegawai pajak, jawabnya, kaya, hasil korupsi. 

Lebih dari masalah hedon dan pegawai pajak, kini di Republik ini, tanpa disadari, seluruh smartphone masyarakat sudah menjadi mata yang tajam, lebih dari intel dan wartawan. Jadi, jangan coba-coba membuat suasana "gaduh" atau yang aneh-aneh. Sebab, menjadi santapan smartphone publik dan viral.

OKB, OKS, kaya pikiran dan hati

Seiring dengan tatapan mata masyarakat kepada orang-orang yang sombong dan pongah, bergaya hedon dan sok sultan di negeri ini, padahal cara mendapatkan uang dan harta bendanya juga sudah banyak yang dipastikan dengan cara korupsi, gratifikasi, hingga pencucian uang, dan lainnya, seharusnya, Orang Kaya Baru (OKB) meneladani Orang Kaya Sejati (OKS) yang mendapatkan kekayaan dari cara yang benar, baik, dan halal. Kekayaannya  pun sampai bermanfaat turun-temurun hingga tujuh turunan, tetapi gaya hidupnya sederhana. 

Memang orang yang cerdas intelegensi (otak) dan cerdas personality (kepribadian) akan lebih tahu diri, lebih mawas diri, lebih rendah hati, dalam hal memperlakukan kekayaan atau kemiskinan hartanya di depan masyarakat, baik dalam situasi miskin atau kaya harta, karena kaya pikiran dan kaya hati. Dalam situasi miskin atau kaya harta, mereka pun tetap berbagi dan menghargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun