Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

(19) Cuaca Ekstrem

10 April 2023   09:53 Diperbarui: 10 April 2023   10:11 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Lalu, wilayah Indonesia lainnya terpantau masih akan berstatus 'low', dengan risiko bahaya rendah. Dan, sinar ultraviolet mulai ekstrem pada pukup 09.00. 

Berikutnya, wilayah timur terpantau berstatus 'extreme' atau sangat bahaya. Sementara di wilayah tengah hingga barat, juga sudah mulai intens terkena UV. Puncaknya, UV akan terjadi cukup lama dari pukul 10.00 hingga 13.00 WIB.

Atas kondisi tersebut, BMKG  mengingatkan bahwa UV ekstrem dapat menyebabkan kerusakan kulit dan mata jika tidak dilindungi dengan baik. Untuk menghindari bahaya tersebut, sebaiknya tetap berada di dalam ruangan jika tidak terlalu mendesak untuk keluar, terutama antara pukul 10.00 hingga 13.00. BMKG memperkirakan, UV akan kembali normal pada pukul 16.00 WIB hingga malam hari.

Manfaat dan bahaya UV

Manfaat sinar ultraviolet (UV) yang dikenal umum adalah untuk mengubah provitamin D pada tubuh menjadi vitamin D. Vitamin D berperan mengatur kadar kalsium dan fosfor serta membantu membangun tulang dan gigi yang kuat. Pada dosis tertentu dengan pengawasan dokter, UV juga digunakan untuk pengobatan beberapa penyakit kulit. 

Selain itu, UV  juga dapat membangkitkan mood atau suasana hati dan dapat mengurangi gejala depresi.

Saya kutip dari Republika.co.id, Jumat (126/2020), Tim peneliti Universitas Brawijaya (UB) dan BMKG menunjukkan hasil penelitiannya, bahwa sinar ultraviolet (UV) dari matahari yang tinggi dan tidak ada pencemaran udara masif mampu membersihkan udara dari virus corona.

Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya Prof Sutiman Bambang Sumitro di Malang, Jawa Timur, saat itu  menjelaskan bahwa di wilayah dengan indeks UV yang tinggi dan tidak ada pencemaran udara masif, jumlah orang terinfeksi corona jauh lebih sedikit.

"Sinar UV memiliki frekuensi gelombang tinggi yang dapat merusak materi RNA(Ribonucleic Acid) dan protein virus, sehingga bisa mengaktifkan virus di udara, bahkan yang menempel di benda-benda padat. Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa sinar UV dari matahari mampu membersihkan corona yang ada di udara," kata Sutiman.

Kondisi ini, membuat Indonesia yang berada di Khatulistiwa sangat diuntungkan, karena mendapat limpahan sinar UV dibandingkan negara subtropis. "Di wilayah subtropis, seperti New York, AS, Milan, Italia dan Spanyol yang indeks UV-nya rendah dan pencemaran udaranya tinggi, menyebabkan orang tertular melalui media udara (airborne), sehingga jumlah penderita Covid-19-nya sangat banyak," katanya.

Sampai hari ini, sejatinya seluruh masyarakat dunia sudah berpikir bahwa virus Corona sudah tidak ada. Tetapi di Indonesia, Pemerintah masih waspada dan terus mengingatkan akan masih adanya virus Corono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun