Bila, nantinya masih terdengar ada anggota grup wa (masyarakat) bilang anti politik, maka yang bersangkutan adalah orang yang hidup, kehidupan, dan penghidupannya tidak memakai siasat, tidak memiliki cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), tidak juga memiliki kebijaksanaan, karena miskin pikiran dan miskin hati. Rendah literasi, matematika, dan sains.
Pahami bahwa di setiap langkah kita, di dalam keluarga, di dalam pekerjaan, hobi, olahraga termasuk sepak bola, Â kehidupan di tengah masyarakat, bangsa dan negara, di dalamnya pasti ada politik, yaitu siasat, ada cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), ada kebijaksanaan yang tujuannya untuk kemaslahatan (kebaikan) yaitu kepentingan dan keuntungan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Atau tujuannya sebaliknya untuk hal yang mudarat (merugikan).
Kemaslahatan disini ialah untuk memelihara agama, akal, harta, jiwa, dan keturunan/kehormatan. Kelima hal ini merupakan kebutuhan pokok/primer yang menjadi tegaknya kehidupan manusia.Â
Sementara, mudarat adalah sesuatu yang tidak menguntungkan, rugi, tidak berhasil, gagal, merugikan, tidak berguna.
Apa hukuman FIFA?
Sejatinya, sebelum FIFA menghapus nama Indonesia, berbagai pihak sudah memprediksi bahwa FIFA sudah pasti akan mencoret Indonesia. Tandanya, FIFA telah membatalkan drawing atau pembagian grup negara peserta Piala Dunia U20 yang sedianya digelar di Bali pada 31 Maret 2023. Pembatalan ini merupakan buntut dari polemik pro-kontra keikutsertaan tim nasional Israel di Piala Dunia U-20.
Kini, prediksi sudah terbukti, dan publik sepak bola Indonesia yang sudah dikecewakan oleh anak bangsa sendiri karena pencitraan politik dengan menghalalkan cara menciderai hati pelaku dan pecinta sepak bola di tanah air, menanti ancaman berikutnya, yaitu sanksi FIFA bagi PSSI dan sepak bola nasional.Â
Sebab, Indonesia menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, karena permintaan Indonesia. Lalu, Indonesia menang dalam pencalonan. FIFA pun menunjuk Indonesia dengan Perjanjian, Komitmen yang juga ditandatangani oleh enam Kepala Daerah, yang menjadi venue Piala Dunia U-20 di Indonesia. Penolakan Kepala Daerah yang kemudian menolak, jelas telah MELANGGAR PERJANJIAN dengan FIFA. Karenanya, sebab ini kesalahan dari pihak Indonesia yang melanggar janji/komitmen, maka hukuman FIFA bagi PSSI, dapat ditebak. Selain Timnas Indonesia U-20 pasti batal ikut Piala Dunia, hukuman lain juga menanti, sesuai kesalahan Indonesia, kemungkinan hukumannya adalah:
(1) Timnas Indonesia U-20 dicoret sebagai peserta Piala Dunia.
(2) Indonesia akan dibekukan FIFA
(3) Indonesia tidak bisa mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kalender FIFA.
(4) Indonesia tidak akan memiliki kesempatan kembali untuk dipilih FIFA menjadi tuan rumah ajang olahraga sepak bola.
(5) Indonesia akan dicoret sebagai kandidat tuan rumah Piala Dunia 2034
Dampaknya,
(1) Federasi olahraga dunia akan mempertimbangkan untuk tidak memilih Indonesia sebagai tuan rumah pesta olahraga termasuk olimpiade.
(2) Indonesia akan dikecam karena bertindak diskriminatif mencampuradukkan olahraga dengan politik, dan
(3) Pemain, pelatih, wasit, klub dan masyarakat kehilangan mata pencaharian dan 500.000 orang lebih terdampak langsung kalau sepakbola Indonesia terhenti.
(4) Seluruh Timnas Indonesia, tidak boleh ikut serta dalam ajang sepak bola internasional, berdampak hilangnya potensi ekonomi hampir triliunan rupiah.
Namun, melihat komitmen FIFA yang akan tetap mendukung dan membantu sepak bola Indonesia, semoga kemungkinan-kemungkinan hukuman tersebut tidak akan diberikan oleh FIFA, kecuali hukuman yang sudah diterima, yaitu dihapusnya Indonesia sebagai tuan rumah dan batalnya Timnas Indonesia U-20 berlaga di Piala Dunia. Plus kemungkinan hukuman denda/ganti rugi karena Indonesia telah melanggar komitmen.Â
Siapa yang akan membayar denda/ganti rugi, bila benar FIFA menuntut? Mungkin para Gubernur, Partai  Politik, dan Pihak yang menolak, wajib bertanggungjawab.Â