Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

(8) Berpikir Sebelum Bertindak, agar Dampaknya Maslahat

30 Maret 2023   12:51 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:07 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan baru antara Presiden FIFA dan Presiden PSSI untuk pembahasan lebih lanjut akan dijadwalkan dalam waktu dekat. 

Apa hikmahnya

Sejatinya, apa sebenarnya maksud FIFA dengan alasan karena "keadaan saat ini di Indonesia,"  FIFA menghapus Indonesia sebagai tuan rumah FIFA U-20 World Cup 2023? Apakah FIFA trauma dengan Tragedi Kanjuruhan? Atau FIFA marah karena ditolak, khususnya oleh Gubernur Bali, Gubernur Jawa Tengah, Partai Politik, dan pihak-pihak lain di Indonesia?

Namun, melihat pembatalan dilakukan setelah ada penolakan dari Gubernur, dan meski ada Tragedi Kanjuruhan, FIFA tetap komitmen menjalankan agenda Piala Dunia di Indonesia dengan melakukan inspeksi ke enam Stadion, maka dapat dipastikan, penghapusan Indonesia karena alasan penolakan hadirnya Timnas Israel U-20.

Kini nasi sudah menjadi bubur. Akibat penolakan beberapa pihak atas kehadiran Timnas Israel U-20, mimpi anak-anak Indonesia, bermain di Piala Dunia pupus. Mimpi publik pecinta sepak bola tanah air dapat menyaksikan calon-calon pemain sepak bola masa depan dunia pun hancur. Indonesia tercatat dalam sejarah Piala Dunia sebagai tuan rumah pertama kalinya, lenyap. Berikutnya sepak bola Indonesia menanti acaman sanksi dari FIFA.

Karenanya untuk apa menyesali nasi yang sudah menjadi bubur? Gara-gara adanya penolakan dan tidak dapat membedakan ranah politik Indonesia  dan olahraga sepak bola urusan FIFA, yang di dalamnya juga ada syarat politiknya, tetapi politik sepak bola. Beberapa pihak di Indonesia telah bermain api politik. FIFA pun memilik politik sepak bola sendiri yang tidak dapat ditawar dengan politik lain. 

Beberapa pihak di Indonesia menolak karena berpegang pada komitmen politik. FIFA juga berpegang pada komitmen politik sepak bola.

Ada juga yang bicara FIFA menggunakan standar ganda, Rusia bisa di depak dari Piala Dunia, mengapa Israel tidak? Sekali lagi, sepak bola wewenang FIFA. Indonesia yang mengajukan diri menjadi tuan rumah dan sudah sepakat dengan komitmen/kontrak dengan FIFA.

Lalu, apa hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa ini? Hikmah adalah kebijaksanaan (dari Allah), sakti, kesaktian, arti atau makna yang dalam, manfaat. 

PERTAMA: Masyarakat dan politikus bangsa ini wajib memahami tentang politik dengan sebenarnya dan apa tujuannya? Apa untuk kemaslahatan umat/rakyat atau hanya demi keuntungan diri sendiri dengan partainya, tetapi mudarat, merugikan umat/rakyat?

KEDUA: Partai dan politikus Indonesia wajib memahami betul tentang FIFA. Ini yang nampaknya tidak ada jiwa fair play (kesatria, jujur, wajar, adil) di diri politikus, partai, dan pihak yang menolak, dalihnya komitmen bangsa dan Negara sesuai Pembukaan UUD 1945. Tetapi tidak melihat aspek dan kepentingan lain, yang dapat menguntungkan rakyat Indonesia dari sisi olahraga sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun