Padahal jersey inventaris, ada yang disiapkan oleh pemilik tim, ada yang dibuat dari hasil donasi, ada yang dari hasil kerjasama sponsor, yang untuk membuatnya tidak murah.
Mengapa menyoal menghargai dan merawat jersey inventaris ini, masih sangat lemah menancap dalam intelegensi (otak) dan personality (kepribadian) anak/siswa/pemain, khususnya di sepak bola akar rumput dan umumnya di tim/klub guram di Indonesia?
Jawabnya, di Indonesia, anak/siswa, masih banyak yang gagal dalam pendidikan formal, pun gagal pendidikan budi pekerti di rumah dan sekolah, sehingga tentang menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai lingkungan, dan menghargai barang yang bukan milik sendiri, termasuk jersey inventaris, masih rendah.
Fakta memperlakukan jersey
Menyoal tips menjaga dan merawat jersey sepak bola agar awet dan tidak mudah rusak, dapat ditelusuri dengan mudah hanya dengan mencari tipsnya  di media online.
Namun, bagaimana memperlakukan, menjaga, merawat, dan menghargai jersey inventaris tim sepak bola atau olah raga lainnya dari sebuah tim (SSB/Klub), jarang ada Tips dan Edukasinya.
Sepanjang bergelut dengan dunia sepak bola, sejak masih aktif menjadi pemain hingga kini mengelola SSB dan Klub sepak bola, hampir sepanjang massa yang saya lewati, saya selalu melihat, menemukan, memergoki, anak-anak, siswa, hingga pemain sepak bola dewasa baik di tim yang saya kelola mau pun tim lain, ada yang tidak punya etika dan kesantuan terhadap jersey tim sepak bola  yang dipakainya.Â
Padahal, jersey itu adalah jersey inventaris tim, yang digunakan minimal untuk satu musim kompetisi.
Yang sering saya lihat, temukan, pergoki adalah, anak-anak/siswa/pemain, menggunakan jersey yang dikenakannya untuk mengelap muka, badan, tangan, kaki, dari kotoran, lumpur, tanah, keringat, bahkan untuk alas duduk, untuk alas lainya seperti fungsi keset dan lainnya.
Bila hal itu dilakukan saat dalam kondisi bermain di tengah lapangan saja kurang etis. Pasalnya, tanpa perlu ditambah kotoran tubuh, jersey pasti kotor karena keringat, karena rumput, tanah/lumpur lapangan, plus bakteri/penyakit yang tidak kita ketahui/sadari.
Namun, lebih menyedihkan, sering saya temukan, anak-anak/siswa/pemain, mengelap atau membersihkan muka, badan, tangan, kaki, sampai telapak kaki dengan jersey yang baru dikenakannya. Tidak peduli pula, warna jerseynya putih dan warna terang. Tidak berpikir bahwa selain merusak warna jersey, kotoran, berbagai bakteri penyakit akan menempel lekat di jersey.Â