Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menjaga, Merawat, Memperlakukan Jersey Inventaris SSB/Klub Sepak Bola

14 Maret 2023   00:11 Diperbarui: 14 Maret 2023   00:35 2002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Jersey inventaris tim olahraga, menanggung banyak beban. Digunakan untuk turnamen/kompetisi yang panjang. Bila setelah digunakan, dicuci tidak sesuai standar kebersihan, maka selain cepat kumal dan rusak, dia pun sumber penyakit. Sebab, sering diperlakukan sebagai lap atau alat pel atau keset tubuh setelah pertandingan usai oleh pemain yang rendah intelegensi dan personality.

(Supartono JW.13032023)

Sering kita jumpai pemain klub sepak bola yang pemilik/pengelola/manajemennya kaya karena dirinya kaya atau kaya karena donasi/sponsor, setelah usai laga, pemainnya bertukar jersey dengan pemain lawan atau jerseynya diberikan kepada suporter penggemarnya di pinggir lapangan yang memintanya. 

Itu terjadi, karena stok jersey untuk warna yang sama disiapkan melimpah oleh manajemen tim.

Tetapi bagi klub guram (tidak kaya), maka jersey pemain adalah jersey inventeris, yang harus dijaga, dirawat, jangan sampai hilang atau rusak, sebab digunakan untuk sepanjang musim kompetisi.

Tim sepak bola akar rumput, klub biasa

Melihat fenomena tim kaya dan guram menyoal memperlakukan jersey inventaris tim, maka bicara tim-tim sepak bola akar rumput dan klub biasa, sudah seharusnya para siswa/pemainnya wajib memperlakukan jersey sebagai tim guram. 

Anak/siswa di sepak bola akar rumput wajib mendapat asupan edukasi menyoal menjaga dan merawat jersey baik miliknya pribadi apalagi jersey inventaris tim/klub.

Kita ketahui, meski ada tim yang saat uji tanding/turnamen/kejuaraan/kompetisi, para pemainnya menggunakan jersey tanding milik sendiri, karena orangtua/pemain semua mampu membeli jersey seragam. Anak/siswa wajib dididik tentang bagaimana merawat dan menjaga jerseynya agar tetap awet, bersih, dan tidak menyimpan bakteri/penyakit.

Apalagi bila tim menggunakan jersey inventaris, sebab anak/siswa/pemain tidak semuanya mampu membeli jersey seragam. Anak/siswa/pemain, wajib lebih ketat lagi dalam pengawasan penggunaan jersey dan setelah jersey digunakan, utamanya agar jersey tetap terjaga dan terhindar dari adanya tambahan bakteri penyakit karena diperlakukan tidak sopan oleh anak/siswa/pemain.

Ada tim yang menggunakan jersey inventeris tim, sebab para pemainnya ada  tambahan dari tim lain, jadi tim bersangkutan wajib menyiapkan jersey untuk mengikuti turnamen/kejuaraan/kompetisi. Ini pun banyak yang terlewat mengedukasi anak/siswa/pemain untuk sopan pada jersey inventaris.

Padahal jersey inventaris, ada yang disiapkan oleh pemilik tim, ada yang dibuat dari hasil donasi, ada yang dari hasil kerjasama sponsor, yang untuk membuatnya tidak murah.

Mengapa menyoal menghargai dan merawat jersey inventaris ini, masih sangat lemah menancap dalam intelegensi (otak) dan personality (kepribadian) anak/siswa/pemain, khususnya di sepak bola akar rumput dan umumnya di tim/klub guram di Indonesia?

Jawabnya, di Indonesia, anak/siswa, masih banyak yang gagal dalam pendidikan formal, pun gagal pendidikan budi pekerti di rumah dan sekolah, sehingga tentang menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai lingkungan, dan menghargai barang yang bukan milik sendiri, termasuk jersey inventaris, masih rendah.

Fakta memperlakukan jersey

Menyoal tips menjaga dan merawat jersey sepak bola agar awet dan tidak mudah rusak, dapat ditelusuri dengan mudah hanya dengan mencari tipsnya  di media online.

Namun, bagaimana memperlakukan, menjaga, merawat, dan menghargai jersey inventaris tim sepak bola atau olah raga lainnya dari sebuah tim (SSB/Klub), jarang ada Tips dan Edukasinya.

Sepanjang bergelut dengan dunia sepak bola, sejak masih aktif menjadi pemain hingga kini mengelola SSB dan Klub sepak bola, hampir sepanjang massa yang saya lewati, saya selalu melihat, menemukan, memergoki, anak-anak, siswa, hingga pemain sepak bola dewasa baik di tim yang saya kelola mau pun tim lain, ada yang tidak punya etika dan kesantuan terhadap jersey tim sepak bola  yang dipakainya. 

Padahal, jersey itu adalah jersey inventaris tim, yang digunakan minimal untuk satu musim kompetisi.

Yang sering saya lihat, temukan, pergoki adalah, anak-anak/siswa/pemain, menggunakan jersey yang dikenakannya untuk mengelap muka, badan, tangan, kaki, dari kotoran, lumpur, tanah, keringat, bahkan untuk alas duduk, untuk alas lainya seperti fungsi keset dan lainnya.

Bila hal itu dilakukan saat dalam kondisi bermain di tengah lapangan saja kurang etis. Pasalnya, tanpa perlu ditambah kotoran tubuh, jersey pasti kotor karena keringat, karena rumput, tanah/lumpur lapangan, plus bakteri/penyakit yang tidak kita ketahui/sadari.

Namun, lebih menyedihkan, sering saya temukan, anak-anak/siswa/pemain, mengelap atau membersihkan muka, badan, tangan, kaki, sampai telapak kaki dengan jersey yang baru dikenakannya. Tidak peduli pula, warna jerseynya putih dan warna terang. Tidak berpikir bahwa selain merusak warna jersey, kotoran, berbagai bakteri penyakit akan menempel lekat di jersey. 

Tidak berpikir bagaimana tukang cuci jerseynya akan seperti apa perjuangannya untuk menghilangkan noda, kotoran, termasuk kemungkinan bakteri/virus penyakit yang menempel dll. 

Anak-anak/siswa/pemain, sepertinya melakukan adat dan kebiasaan buruk memperlakukan jersey inventaris seperti lap atau alat mengepel lantai ini, memang tidak ada edukasi sebelumnya.

Pasalnya, di tim yang saya kelola saja, saya masih sering kecolongan, dan masih tetap menjumpai anak-anak/siswa/pemain yang benar-benar seperti bebal/bodoh/menyepelekan, tidak punya adab terhadap jersey yang baru dipakainya. Meski sudah setiap saat sebelum jersey digunakan selalu diingatkan dan diperingati.

Tetap saja ada anak/siswa/pemain yang bebal (sukar mengerti/tidak menanggapi/tidak peduli) tidak menyadari bahwa sepanjang satu musim kompetisi, jersey itu akan menjadi.jersey yang selalu dikenakannya. Sungguh miris, melihat adat anak-anak/siswa/pemain, yang masih gagal dalam kecerdasan intelegensi dan personality khususnya dalam memperlakukan jersey tim inventaris. 

Sudah jersey tinggal memakai, tahu-tahu sudah tersedia dan bersih saat tim akan bermain lagi, tapi beberapa anak/siswa/pemain selalu mengulang perbuatan yang sama saat tidak diawasi.

Anak-anak/siswa/pemain tetap tidak menyadari bahwa perbuatan menjadikan jersey sebagai alat lap atau alat pel tubuhnya, selain merusak jersey, juga menjadi sumber penyebaran penyakit bila, yang mencucinya juga tidak memperhatikan cara-cara mencuci, hanya sekadar menghilangkan kotoran/noda, tetapi juga menghindarkan jersey terkena virus penyakit, menyebar ke jersey lainnya, bila asal mencuci.

Tidak kasihan kepada tukang cuci yang harus dua sampai tiga kali mengulang mencuci karena noda dan kotoran tetap menempel. Pun tidak kasihan pada manajemen karena membuat jersey inventaris tidak murah.

Sepak bola akar rumput pondasi

Untuk itu, melalui tulisan ini, mengingat sepak bola akar rumput sangat digandrungi anak-anak Indonesia, maka pendidikan tentang merawat, menjaga, memperlakukan jersey inventaris tim dengan sopan, akan membentuk mental dan karakter anak Indonesia menjadi merasa memiliki, menghargai, mencintai, mau merawat, mau menjaga, mau menghargai apa pun yang bukan miliknya menjadi seperti miliknya.

Bermain olah raga apa pun, termasuk sepak bola, maka memang harus dibiasakan setiap latihan/tanding, selain membawa bekal tambahan mineral dan suplemen lain, anak/siswa/pemain, sewajibnya membawa handuk kecil/besar, untuk membersihkan badannya, bukan membersihkan badan dengan jersey inventaris yang sangat terbuka kemungkinan masih menyimpan bakteri penyakit, selain menambah kotor dan kuranv berharganya jersey inventaris.

Sepak bola akar rumput adalah  pondasi untuk membentuk manusia Indonesia yang cerdas otak dan kepribadian, sehingga generasi Indonesia mendatang akan dipenuhi manusia-manusia.yang kaya pikiran dan kaya hati.

Bukan manusia yang tidak menghargai diri dan orang lain. Pun takut kehilangan yang bukan miliknya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun