Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dalam Sepak Bola Akar Rumput, Pelatih (Guru) dan Orangtua adalah Teladan Fair Play

6 Maret 2023   20:25 Diperbarui: 6 Maret 2023   20:38 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Mendidik pondasi manusia Indonesia, anak usia dini dan muda, guru/pelatihnya wajib memenuhi 4 kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, sosial, pedagogi, dan profesional.

Pak Erick Thohir, tolong di ricek, berapa persen wadah sepak bola akar rumput yang jumlahnya ribuan di Indonesia, pendiri/pemilik/pembina/pelatihnya memiliki 4 kompetensi tersebut?

Pendidikan di sekolah formal saja masih gagal sampai sekarang. Padahal, kepala sekolah dan gurunya banyak yang sudah memiliki 4 kompetensi, lho.

Pembina, pelatih sepak bola akar rumput, bila hanya berbekal lisensi kepelatihan sepak bola D sampai A, maka anak-anak Indonesia hanya dicekoki teknik dan fisik bemain sepak bola yang bisa jadi juga hanya kulitnya. Menyoal ini, coba tanya Shin Tae-yong, bagaimana anak-anak yang kemudian dipilih masuk ke Timnas?

Sudah didapati fakta, untuk bagian teknik, passing dan control bola saja banyak yang belum lulus. Dalam hal fisik pun sama. Sehingga, saat awal STy mengampu Timnas Indonesia, bagian fisik dan passing-control inilah yang digarap.

Lihat, hingga sampai saat Timnas U-20 berlaga di Piala Asia 2023, apa yang dikeluhkan STy? Penyelesaian akhir, itu bagian teknik dan kecerdasan intelegensi (otak). Kepercayaan diri dan sering membuat kesalahan sendiri. Ini bagian dari personality. Berikutnya, sering hilang konsentrasi, ini ranah intelegensi, personality, dan fisik (speed).

Dari mana para pemain Timnas U-20 ini dipetik STy? Bukankah pondasinya dari wadah sepak bola akar rumput. Di poles di klub,  bahkan sampai TC di Timnas, di 5 negara.

Coba lihat di belantara sepak bola akar rumput Indonesia, betapa banyak orangtua yang menjadikan anaknya seribu bendera. Masuk dan ke luar dari wadah sepak bola akar rumput, hanya karena merasa anaknya sudah hebat TIPSnya. Jadi, selalu mencari keuntungan menerima tawaran anaknya di pinang gratisan oleh wadah sepak bola instan yang juga buta maksud dan tujuan pembinaan sepak bola akar rumput.

Baik orang tua dan wadah instan ini tidak menyadari bahwa perbuatan mereka, sejatinya telah membunuh mental dan karakter anak yang sedang tumbuh kembang menjadi manusia yang sesuai pelajar Pancasila. Tetapi dengan cara seribu bendera, mental dan karakter anak  terdidik menjadi sombong, tinggi hati, egois, individualis, meremehkan, dll-nya. Hingga akibatnya membentuk manusia yang miskin pikiran (otak) dan miskin hati (personality), tetapi jiwanya culas, licik.

Semua hal negatif yang saya ungkap tersebut bila dikaitkan dengan sikap dan kareakter fair play (kesatria, jujur, wajar, adil) maka mereka-mereka yang tidak menyadari berada di lingkungan yang salah, berada di lingkungan yang tidak seharusnya mereka ada di dalamnya, berada di waktu dan tempat yang salah, adalah orang-orang yang tidak kesatria, tidak jujur, tidak berbuat sewajarnya, dan tidak memiliki jiwa keadilan.

Pekan ke-5 LFP IJSL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun