Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mendidik Fair Play, Dimulai dari Ujung Tombaknya

23 Februari 2023   09:34 Diperbarui: 23 Februari 2023   09:40 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, faktanya, jangankan untuk anggota tim lainnya, untuk para pribadi yang dimasukkan dalam WAG LFP oleh panitia saja masih banyak yang belum paham teori dan praktik fair play. Mungkin karena pendidikannya rendah atau berpendidikan tetapi tidak berkarakter benar dan baik. 

Sehingga, tidak dapat menjadi ujung tombak untuk dirinya. Apalagi bagi anggota timnya.

2. Malas membaca, sok tahu. Hal malas membaca dan sok tahu, biasanya dilakukan oleh manusia/orang yang tidak atau belum terdidik. Sudah tidak tahu dan paham teori, praktik pun pasti akan berantakan.

Untuk hal ini, saya dapat merasakan sendiri. Sebab, saya sampai menantang semua yang ada di WAG LFP, yang sudah membaca dan paham tentang artikel fair play yang saya tulis, boleh menjapri.saya untuk berdiskusi. Apa yang saya dapat? Hanya satu dua orang yang memiliki keberanian untuk berdiskusi setelah paham dan membaca artikel fair play yang saya tulis.

Karenanya, bila di pekan ketiga, Panitia sampai mengeluarkan peringatan keras kepada Tunas Muda dan M-Private yang berlaga dengan tidak fair play, sampai garansi diskualifukasi dari Liga, pasti tidak dapat dihindari. 

Panitia pun menyadari, tujuan LFP ini memang untuk melatih, mendidik, dan membina, agar seluruh bagian dalam setiap tim peserta LFP dapat memahami dan tahu hingga mendarah daging apa itu fair play. Pun dapat mempraktikkan fair play, minimal dalam LFP IJSL U-14 2023, dulu. 

Belajar dari LFP IJSL U-14 pekan 1 s.d. 3, nyatanya masih banyak bagian tim peserta yang "bunuh diri" menunjukkan ketidak pahaman teori dan praktik fair play dan belum cerdas intelegensi-personality, malas membaca, dan malas belajar.

Indentifikasi provokasi

Kejadian yang tidak fair play tersebut, bila dianalisis, akar masalahnya adalah laga tensi tinggi, lalu ada benturan plus provokasi. Kata kunci kejadian tidak terjadi fair play adalah PROVOKASI.

Harus dipahami, apa itu provokasi. Siapa pelaku provokasi. Mengapa terjadi provikasi. Apa akibat provokasi. Bila ini dipahami, maka siapa pun akan malu melakukan dan berbuat provokasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna provokasi adalah perbuatan yang membangkitkan kemarahan, tindakan menghasut, penghasutan, pancingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun