Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Sudah Saya Perbuat dalam Kehidupan yang Ibarat Minum Seteguk?

6 Februari 2023   20:12 Diperbarui: 6 Februari 2023   22:08 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris. Bukan miliknya, tetapi takut kehilangan. Malah pakai cara-cara licik sampai korup. Bagaimana, sih? Sudah begitu sangat lekat dengan karakter kikir, pelit, tetapi licik. 

Sejatinya, sangat mudah menjumpai orang-orang yang kaya hati dan pikiran. Pun tidak takut kehilangan, meski miliknya. Orang-orang ini adalah bagian dari orang-orang atau manusia yang menyadari bahwa hidup tidak bisa sendiri. Hidup tidak  berdiam diri. 

Selalu wajib ada perjuangan demi bertahan hidup. Selalu ada halangan, rintangan, cobaan, kegagalan, kekalahan, kekecewaan, penderitaan, sakit hati, kekurangan, hutang, disepelekan, tidak diprioritaskan, tidak dipedulikan, diabaikan, dan sederet kata-kata negatif yang sejenis. Semua menjadi musuh dalam kita melangkah berjuang untuk bertahan dalam hidup di dunia yang ibarat minum seteguk.

Bertahan hidup untuk diri sendiri. Terpenuhi sandang pangan papan. Bersyukur.  Menyadari bahwa sebagian yang kita dapat, kita miliki adalah milik orang lain. Meski bagi diri kita sendiri saja, hasil perjuangan untuk bertahan hidup belum dan tidak cukup. Tidak ada dan tidak cukup uang, harta, kedudukan, jabatan, dll. 

Pandai bersyukur

Namun, orang yang pandai bersyukur, dalam ketidak cukupan, dalam kondisi belum cukup pun, tetap ingat dan peduli kepada orang lain (keluarga, sahabat, teman, kekeluargaan,  masyarakat, bangsa dan negara). Kondisi miskin uang, harta, kedudukan, jabatan, tetap membuat seseorang akan KAYA HATI.

KAYA HATI adalah buah dari tanaman bernama pandai bersyukur, tahu diri, tahu malu, dan tahu-tahu yang lainnya. Dengan pondasinya, cerdas Intelegensi, personality, plus KEIMANAN.

Orang-orang yang demikian selalu  dijauhkan, dihindarkan dari tindakan KIKIR, PELIT, LICIK. Tidak akan pernah disinggahi pikiran KETAKUTAN KEHILANGAN yang BUKAN MILIK. Sebab, hidup di dunia, menurut suhu saya, Nano Riantiarno:

Nasib manusia
Bergulir bagai roda
Panas dan hujan
Silih berganti
Rezeki atau naas
Derita atau bahagia
Semua tersurat
dalam Buku Langit
Hidup nyatanya
Hanya sekadar bergerak
Minum seteguk
lalu pergi selamanya

Orang-orang yang pandai bersyukur karena tahu diri, cerdas intelegensi (otak) dan personality (kepribadian) sadar diri, mampu mengukur kemampuan diri, bercermin diri, maka akan selalu menyadari bahwa, hidup tidak bisa sendiri. Hidup tidak berdiam diri. Hidup harus berjuang untuk dapat bertahan. Karena hidup.di dunia itu=minum seteguk.

Semoga, dalam hidup di dunia yang ibarat minum seteguk ini, saya selalu termasuk ke dalam bagian orang-orang yang kaya hati, kaya pikiran. Selalu dapat berbagi dengan perjuangan langkah yang kreatif dan inovatif. Tidak silau kedudukan dan jabatan. Tidak serakah dengan harta dan uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun