Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Diri yang Berkualitas

17 Oktober 2022   20:28 Diperbarui: 17 Oktober 2022   20:33 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW.


Sebutan Anda Hebat itu, penilaian dari orang lain, bukan menilai diri sendiri.

(Supartono JW.17102022)

Tahu sedikit, gayanya tahu banyak.
Tahu banyak, gayanya tahu sedikit.
Bukan orang penting, gayanya orang penting.
Orang penting, gayanya bukan orang penting.

(Supartono JW.17102022)

Kisah pembunuhan, polarisasi rakyat dari ulah dan kerakusan politik, pemerintahan dan parlemen yang terus jauh dari keteladanan, kebijakan yang hanya memagari diri dan demi keuntungan diri serta kelompok, kerusuhan sepak bola, kepongahan dan kesombongan, gaya hidup hedon yang jauh panggang dari api, korupsi, narkoba, oligarki, dinasti, dll, terus melingkari kisah kehidupan di negeri ini, yang semuanya, ujungnya tetap membuat rakyat menderita. Itu semua, karena yang diberikan amanah, tidak berkualitas diri.

Pun, dalam kehidupan nyata, kita dengan mudah dapat menjumpai orang yang memiliki kualitas diri, yaitu seseorang yang rendah hati, berbesar hati, berjiwa besar, penuh sopan santun, penuh etika, berbudi pekerti luhur, berkarakter mumpuni, penuh empati-simpati, peduli, tahu diri dan lainnya. Hal itu ada dalam diri orang-orang, mulai dari orang-orang yang belum mengenyam bangku pendidikan, hingga yang sudah mengenyam pendidikan tinggi. 

Orang-orang yang memiliki kualitas diri, tentulah dalam kehidupan yang melingkarinya, penuh dengan sentuhan dan pengaruh positif. Sentuhan dan pengaruhnya hasil dari pendidikan, pergaulan, pertemanan dan lainnya. Sehingga dapat membuat seseorang menjadi dirinya sendiri yang berkualitas.

Sebaliknya, sentuhan dan pengaruh yang negatif, dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kualitas diri (pribadi) yang buruk. Kualitas diri yang rendah. Hal tersebut pun terjadi, baik pada orang-orang yang belum mengenyam bangku pendidikan, mau pun sudah mengenyam bangku pendidikan tinggi. Ternyata tetap tidak ada pengaruh dan perubahan karakter dalam kualitas dirinya alias dirinya tetap tidak berkualitas.

Dalam perilaku kehidupan sehari-hari, mereka tetap setia tidak rendah hati (sombong), tidak berbesar hati, tidak berjiwa besar, tidak ada sopan santun, tidak ada etika, tidak berbudi pekerti luhur, berkarakter buruk, tidak memiliki empati-simpati, tidak peduli, tidak tahu diri, tidak KDRT, dan sebagainya.

Karenanya, mudah sekali kita menjumpai orang-orang di sekeliling kita yang,
(Tahu sedikit, gayanya tahu banyak.
Tahu banyak, gayanya tahu sedikit). 

Artinya: ada orang yang sok tahu, meski tidak tahu.Tetapi banyak orang yang rendah hati, tahu banyak tapi tapi tidak sok tahu. Keduanya menunjukkan orang yang tidak berkualitas dan berkualitas.

Berikutnya,
(Bukan orang penting, gayanya orang penting.
Orang penting, gayanya bukan orang penting).

Artinya: ada orang yang sok penting, tetapi ada orang penting yang biasa saja. Ini pun sama. Yang satu contoh orang tidak berkualitas dan satunya berkualitas.

Selain itu, masih banyak perilaku lain yang dapat dengan mudah diidentifikasi apakah perilaku atau sikap perbuatannya berkualitas atau tidak.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyebut bahwa kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya), atau mutu.

Kemudian, diri, pribadi diartikan sebagai manusia perseorangan (diri manusia atau diri sendiri) atau keadaan manusia sebagai perseorangan. Diri atau pribadi yang benar dan baik, biasanya dijadikan teladan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pembicara buruk, pendengar buruk

Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga akan dapat mudah mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kualitas diri dalam hal berbicara dan mendengar. Pasalnya, bicara dan mendengar, adalah keterampilan berbahasa yang kualitasnya dapat dilihat oleh orang lain. 

Orang yang terampil dalam kemampuan berbicara, tentu saat dirinya mendapat kesempatan berbicara, akan melihat kondisi dan situasi lawan bicaranya atau pendengar (audien). Bila, pendengarnya tidak siap atau belum siap menjadi pendengar yang benar dan baik, maka pembicara yang terampil dan berkualitas, akan menghargai dirinya dengan diam, sekaligus menghargai pendengarnya agar paham, sedang berposisi menjadi pendengar. Maka, diam diartikan sebagai sindiran, teguran, pengingat, dll, untuk pendengar yang buruk.

Bila pembicara akan menabrak alias terus nyerocos berbicara, padahal pendengarnya tidak memperhatikan, maka akan kita lihat dua kualitas orang yang berbicara buruk dan pendengar buruk.

Mirisnya, saya sangat sering menjumpai peristiwa adanya pembicara buruk dan pendengar yang buruk, dalam kegiatan resmi, kegiatan akademis, kegiatan ilmiah, kegiatan formal dan sejenisnya. Padahal di situ ada pembawa acara atau moderator, pun pembicara dan para audiennya orang-orang terdidik.

Di samping masalah kualitas diri dalam keterampilan berbicara dan mendengar. Keterampilan membaca pun menjadi tolok ukur apakah sesorang memiliki kualitas diri atau tidak.

Terkait keterampilan membaca, sangat mudah kita jumpai orang-orang yang sok tahu tentang sesuatu, padahal yang diketahui hanya sebatas kulitnya, dengar berita yang beredar, hanya membaca judulnya, dan lainnya.

Pantaslah, mengapa pendidikan Indonesia terus terpuruk dalam rapor literasi, matematika, dan sains, sebab pergerakan orang-orang yang sok tahu, lebih dinamis dibandingkan orang-orang yang berkualitas di negeri ini. Sementara orang-orang yang hidup dari dunia politik, juga sibuk dan serakah mengurus dirinya sendiri, keluarganya sendiri, dinastinya, oligarkinya, dan kepentingan-kepentingan mereka sendiri. Kualitas hidup yang seharusnya untuk rakyat, hanya dinikmati oleh mereka sendiri dengan atas nama rakyat, tetapi tetap rakyat yang menderita.

Ciri orang berkualitas

Orang yang berkualitas tetapi dirinya bermaslahat untuk orang lain dan rakyat di antaranya:

1. Selalu bersedia membuka telinga untuk mendengarkan berbagai hal. Bukan selalu ingin didengar.

2. Tidak bikin repot, tidak menyusahkan orang lain, tidak bikin kecewa dan tidak bikin marah diri sendiri serta orang lain.

3. Mampu membahagiakan diri sendiri dan orang lain, bukan untuk mencari sensasi, mencari muka, menjilat, mencari pengakuan demi mendapat pujian dari orang lain. 

4. Memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menghindar dan menolak berdekatan dengan toxic people, yaitu orang-orang yang membawa pengaruh negatif ke hidup kita. Lebih baik punya sedikit teman tapi berkualitas. Karena, orang-orang di sekitar kita memiliki peran besar dalam sentuhan dan pengaruh perjalanan hidup. Maka, wajib sangat selektif memilih teman.

Semakin tinggi kualitas hidup seseorang akan semakin ketat standar diri yang harus dijaga. Kualitas diri memiliki peran penting dalam mencapai kesuksesan. Semakin tinggi kualitas diri, semakin besar pula peluang kesuksesan yang akan didapatkan.

Hati-hati, banyak orang yang berpendidikan tingga, kualitas dirinya malah rendah. Dapat diukur dari hati dan lisan. Bila hati dan lisan tidak baik, maka kualitas dirinya sudah pasti buruk dan rendah. Lalu, merasa dirinya lebih hebat dari orang lain tanpa pernah sadar dan mau tahu bahwa orang lain justru menilainya sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun