Harus disadari, wadah sepak bola akar rumput, SSB dan sejenisnya bukan Klub yang kaya. Biaya operasional dll dari wadah tersebut dari sponsor/donasi orangtua. Jadi, oknum-oknum yang pikiran.dan hatinya seperti batu dalam hal kompromi masalah jersey, sangat menciderai keberadaan sepak bola akar rumput sebagai pondasi terbentuknya teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) anak-anak untuk sepak bola dan kehidupan nyata.Â
Masih banyak nilai-nilai kehidupan dari persoalan jersey tanding yang harus menggunakan warna berbeda, meski tujuan utamanya adalah agar tidak menimbulkan kekacauan di lapangan. Baik pemain, wasit dan penonton akan kesulitan mengidentifikasi apa yang terjadi di lapangan.Â
Pembina, pelatih, manajer kaya hati-pikiran
Menyoal jersey dalam kompetisi sepak bola akar rumput, maka jangan ada oknum pembina, pelatih, dan manajer yang miskin hati dan pikiran. Miskin hati artinya, bisa bermental egois, individualis, mau menang sendiri, tidak peduli, tidak mau membantu kesulitan orang lain, membuat masalah, dll.Â
Semua itu terjadi, karena pikiran/otaknya kotor, tidak cerdas, malah licik. Kompetesi sepak bola akar rumput, wadah pendidikan untuk TIPS, kognisi, afektif, psikomotor, yang ujungnya membentuk anak-anak berkarakter. Cerdas hati dan pikiran. Santun, peduli, tahu diri, rendah hati, membumi.Â
Hingga pada saatnya, kompetisi sepak bola akar rumput dengan peraturan jerseynya, akan memberi pemahaman, mengapa tim-tim sepak bola di Indonesia dan manca negara sampai memperkenalkan tiga jersey. Mengapa ada tim home dan away. Mengapa warna jersey wajib berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H