Jangan berharap sikap yang sama
Dari kisah tersebut, ada hikmah yang dapat dipetik. Hikmahnya,
Pertama, saya/kita jadi tahu hati dan pikiran dia/mereka, kini untuk siapa.
Kedua, jangan berharap kepada orang yang telah menyakiti hati dan pikiran kita untuk dapat merasakan, bersikap, dan berbuat sama seperti kita yang sedang sakit hati dan sangat sedih, bila mereka tetap nampak bahagia di depan mata kita.
Ketiga, bagi yang sakit hati dan pikiran, menjadi tahu realita, bahwa orang yang menyakiti hati dan pikiran kita, hidupnya memang sudah untuk orang lain, bukan untuk kita. Maka, mereka tetap bahagia di atas sakit hati.dan pikiran kita.
Keempat, bila saya, kita menjadi orang yang disakiti hati dan pikiran oleh orang lain, maka ikhlaslah, instrospeksi, mawas diri agar tidak disakiti hati dan pikirannya oleh orang yang lain lagi. Jangan berharap, orang yang menyakiti hati dan pikiran kita untuk punya sikap, perbuatan, Â dan perasaan yang sama dengan kita. Sebab, realitasnya berbeda.Â
Dia menyakiti saya/kita, karena menurutnya/mereka, saya/kita memang layak disakiti. Dan, realitasnya dia/mereka tetap bahagia, tetap "cengengesan" di depan saya/kita karena sudah ada harapan yang baru.
Pada akhirnya, selalu ingat, ada karma. Bila selama ini saya/kita menjadi pihak yang disakiti hati dan pikirannya, tetaplah membalas orang/pihak yang menyakiti dengan sikap, perbuatan, dan kata-kata yang baik. Perbuatan dia/mereka, biarlah karma yang akan menghukumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H