Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penghargaan Pemerintah Terhadap Seniman dan Budayawan di Tengah Covid-19

1 September 2020   09:44 Diperbarui: 1 September 2020   09:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah pokok masalahnya, bila siapa yang duduk di pemerintahan namun tak memahami betul fungsi dan tugas jabatan yang diemban.

Bila Butet tak mengungkapkan masalah ini ke hadapan Mahmud, dan media tidak meliput, maka siapa yang akan tahu, bahwa menteri yang seharusnya menjadi panutan dan amanah terhadap seniman dan budayawan Indonesia yang selama ini sangat kuat membangun dan mengisi kemerdekaan Indonesia melalui jalur budaya dan sastra, ternyata begitu diabaikan oleh menterinya karena sang menteri tak cukup kompeten pemahamannya dalam hal penghargaan dan masalah martabat-martabatan.

Beruntungnya, Indonesia juga memiliki seorang Butet, seniman dan budayawan yang terus menjadi panutan bagi seniman dan budayawan lain di Indonesia, yang tak aji mumpung.

Meski selalu dekat dengan Istana dan Presiden, namun sebagai seniman dan budayawan tulen, Butet tetap menjadi Butet Kartaredjasa, yang terus menyuarakan keresahan di tengah ketidakadilan dan penderitaan rakyat baik dalam panggung sandiwara maupun dalam panggung dunia nyata.

Keluhan Butet yang menjadikan Mahfud memahami dunia seniman dan budayawan, juga wajib sampai kepada Presiden Jokowi. Presiden harus tahu bahwa menteri yang dipilihnya ternyata tak memahami betul dunia dan lingkup pekerjaannya.

Terlebih, pemerintah juga menggelontorkan anggaran untuk para influencer dan buzzer, namun khususnya untuk influencer yang di pilih oleh pemerintah dan terpublikasi di media massa, juga para pekerja seni yang sepak terjang dan kompetensinya sudah dapat diukur oleh seniman dan budayawan Indonesia.

Mengapa influencer tidak memilih para seniman dan budayawan Indonesia yang ternama saja dan membuat program yang bermartabat? Mungkin karena tujuan program untuk influencer ada maksud "terselubung"  maka menggunakan jasa pekerja seni yang bisa "diatur".

Sekali lagi, bila Butet tak membongkar hal ini di hadapan Mahfud, yakin Jokowi tak akan tahu betapa para seniman dan budaywan Indonesia sejak hadirnya corona, cukup menderita karena perlakuan pemerintah yang tak memandang keberadaan seniman dan budayawan.

Harus dipahami bahwa "Bila menggumuli sastra, maka manusia akan cerdas, berkarakter, santun dan berbudi pekerti luhur". Seniman dan budayawan tentu ada di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun