Karenanya, bila sepak bola menjadi wadah positif yang paling diminati oleh anak-anak Indonesia, akan menjadi sangat strategis bila para pembina/pelatih/orang tua yang berkecimpung dalam pembinaan sepak bola akar rumput, adalah orang-orang yang lengkap ilmu dan pengalamannya.
Bukan orang-orang yang sekadar sok tahu, merasa tahu, dan punya uang lalu ikut-ikutan terjun dalam pembinaan dan pelatihan sepak bola akar rumput maupun klub. Selama ini, di Indonesia sudah terjadi salah kaprah yang luar biasa dalam kontek pembinaan sepak bola di sektor ini.
Terlebih, PSSI hingga usianya yang menjelang satu abad pun, tak pernah mampu menyentuk sektor pondasi sepak bola nasional, sektor akar rumput dengan benar. Benar regulasinya, benar afiliasinya, benar manajemennya, benar pembinaannya, benar kompetisinya. Namun, kenyataannya hingga kini, semua masih terus dalam wacana dan utopia, mimpi. Padahal, bila PSSI mau, lahir Kurikulum yang benar dulu, maka akan lahir hal-hal yang benar lainnya di ranah kawah candradimukanya sepak bola nasional.
Hingga kini, publik pun paham, mengapa PSSI tak pernah serius sektor ini, namun buat apa saya ulang-ulang membahas ini.
Sepak bola bukan teknik dan fisik saja
Yang pasti, atas masukan teman-teman pengamat/praktisi/pembina/pelatih/orang tua/Operator kompetisi Sepak Bola Swasta di akar rumput, pengurus Asprov, Askab, Askot, hingga mantan pemain sepak bola nasional, akhirnya artikel ini saya tulis, terutama untuk menggedor hati dan pikiran para pembina, pelatih, dan orang tua yang berkecimpung di sepak bola akar rumput wajib ke luar dari zona nyaman paradigma selama ini, dan khususnya menggedor mata dan hati PSSI.
Sepak bola itu bukan teknik dan fisik plus bakat saja. Untuk mengasah teknik saja ada ilmunya, ada cara dan tekniknya. Untu mengasah fisik apalagi, harus berdasarkan ilmu dan teori, bukan sembarangan dan otodidak.
Untuk mengasah otak dan emosi, ada ilmunya, ada teorinya. Dan, untuk mentransfer ilmu kecerdasan otak dan emosi, juga tidak sembarang orang dapat melakukannya.
Semua aspek itu adalah pondasi yang wajib menancap kuat pada pemain/siswa pesepak bola akar rumput. Semua itu, perlu wawasan dan kemampuan taktik, intrik, dan politik. Bukan kemampuan "sok tahu" dan baca/nonton sebuah ilmu/wawasan hanya menyimak judul.
Dari kebiasaan membaca/menonton secara tuntas akan membantu para pembina/pelatih/oramg tua akan paham tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, bagaimana memecahkan masalah, sasaran masalah, Â yang diselesaikan secara logis dan ilmiah. Sebab, sepak bola modern sudah di situ analisisnya. Terlebih, saat para pemain/siswa sudah masuk ranah kompetisi, terekrut dalam sebuah tim (klub/timnas), maka semua akan berangkat dari data dan data. Bukan karena bisikan atau titipan dan permainan uang.
Lebih dari itu, untuk ukuran Indonesia, saya katakan, wawasan dan materi keilmuan dalam kursus pelatih sepak bola, tak cukup untuk menjadi pembina dan pelatih sepak bola akar rumput. Masih banyak materi yang seharusnya ada di dalamnya, instruktur pelatihnya pun juga harus lintas keilmuan, bukan terbatas dari orang yang dianggap "tahu" sepak bola.