Menurut pemerintah setempat, dari total 99 orang yang positif, 88 di antaranya merupakan anggota tim sepak bola SMA Rissho Shonan di Kota Matsue dan 82 di antaranya tinggal di asrama yang sama.
Tim ini juga dikabarkan sempat bermain di luar prefektur pada akhir Juli lalu, Dan, akhirmya membuat kekhawatiran akan meluasnya penyebaran virus semakin besar. Hal ini dilansir dari Japan Today, klaster tersebut mulai terdeteksi pada 3 hari libur di minggu lalu hingga hari Senin (10/8).
Perlu diketahui oleh publik dan masyarakat Indonesia, di Jepang tidak ada Sekolah Sepak Bola (SSB) macam di Indonesia. Justru sepak bola akar rumput selain dibina langsung oleh Klub besar, juga dibina di sekolah-sekolah formal. Jadi, klaster corona yang menimpa tim sepak bola di Jepang, tak beda jauh dengan kelompok sepak bola semacam SSB/Akademi/Diklat/Klub di Indonesia.
Yang wajib menjadi perhatian adalah, seluruh 91 orang/siswa yang dilaporkan positif corona, tidak memiliki gejala atau hanya menderita gejala ringan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus mematikan tersebut.
Selain para anggota klub sepak bola, dua orang guru yang terlibat dalam tim tersebut serta seorang atlet basebal di sekolah yang memiliki total 350 murid dan staf, terbukti terinfeksi positif COVID-19. Kasus pertamanya sendiri ditemukan menjangkiti seorang pemain sepak bola dan telah dikonfirmasi pada Sabtu (8/8) lalu.
Jadi, berdasarkan informasi tersebut, klaster ini terjadi di sebuah sekolah semacam Diklat Sepak Bola di Indonesia. Sebab, tim sepak bola SMA tersebut memang dianggap sebagai salah satu tim terbaik di Prefektur Shimane dan telah melakukan beberapa pertandingan latihan melawan tim di area barat Jepang, tepatnya di Osaka, Tottori, dan Kagawa pada akhir Juli lalu.
Selain menjangkiti siswa, corona juga menular kepada seorang yang berusia 70 tahun karena mengunjungi asrama tersebut bersama 3 orang anggota keluarganya yang juga diketahui positif terjangkit virus corona.
Akibat kondisi ini, pemerintah setempat pun telah bertindak bahwa para murid dan guru yang terinfeksi telah dilarikan ke rumah sakit atau diisolasi di asrama tersebut.
"Kami mohon maaf sedalam-dalamnya karena telah menimbulkan kekhwatiran dan masalah," ujar Naoki Kitamura, kepala sekolah SMA tersebut, Selasa (11/8).
Atas kejadian ini, Gubernur Shimane, Tatsuya Maruyama, juga telah melakukan tindakan dengan menyelidiki berapa jumlah anggota yang berpartisipasi dalam pertandingan tersebut untuk menelusuri jejak kemungkinan infeksi lain. Jika ada kemungkinan penyebaran virus, meski seakan sepele, harus dipastikan semua orang yang terlibat, mengikuti tes, dan akan menelusuri jejak infeksi itu secara menyeluruh.
Waspada sepak bola Indonesia