Secara obyektif, pencoretan 11 pemain yang baru dilakukan selama tiga pertemuan pun bagi seorang Shin, sudah dirasa cukup, sebab hanya dengan melihat skill individu pemain saja, sudah dapat terbaca oleh pelatih. Bila ada pemain yang dicoret namun belum sempat turun ikut seleksi, mungkin ada pertimbangan lain, semisal masalah kebugaran pemain dll.
Jadi, cara Shin mencoret pemain yang tidak seperti tradisi TC timnas sebelum-sebelumnya, harus juga dipahami oleh pemain dan publik sepak bola nasional.
Menyoal kemungkinan adanya bisikan dari pengurus PSSI maupun tim pelatih lokal yang memengaruhi keputusan Shin dalam pencoretan karena ada pemain titipan, juga tidak mustahil terjadi, namun yang pasti, inilah "belantara" sepak bola, yang semakin wajib dipahami, dimengerti oleh setiap pemain dan publik sepak bola nasional ketika kursi pelatih berganti. Harus legowo.
Dari 35 pemain pun, akan ada lagi pemain yang dicoret saat turnamen berlangsung mengikuti regulasi yang ada.
Jadi, inilah pelajaran khususnya bagi pesepak bola akar rumput dalam suka dan duka meniti impian menjadi pemain timnas. Banyak faktor yang menjadi penentu apakah seorang pemain akan tetap menjadi pilihan bila pelatihnya berbeda.
Apakah seorang pemain akan tetap masuk tim dengan cara proses yang umum atau tidak umum karena setiap pelatih memiliki cara masing-masing dalam memproses skuatnya sebelum menjadi tim utama.
Lalu, seorang pemain juga sudah harus sudah terlatih mental. Siap senang saat berhasil, dan tetap bahagia saat gagal, karena menjadi pemain timnas memang harus memenuhi kriteria terbaik sesuai kriteria pelatih yang mengampunya.
Bagi pesepak bola akar rumput yang selama ini sudah terbiasa masuk tim dan menjadi pilihan pelatih baik dalam SSB maupun Sepak Bola, maupun tim sejenisnya dalam turnamen atau kompetisi, yakinkan bahwa kalian terpilih masuk tim, karena memang kualitas kalian, bukan karena kolusi dan nepotisme (titipan). Banggalah bila seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H