Nasi sudah menjadi bubur. Foto Presiden dan para Menteri yang dalam kondisi tak disiplin mengikuti protokol kesehatan, tak menggunakan masker sesuai intruksinya, malah beliau dan para pembantunya sama-sama tak pakai masker.
Sekali lagi, ini bukan perkara kecil. Tidak sepele. Karena masyarakat sedang dalam kadar kepercayaan yang rendah kepada pemerintah menyoal PAPC-19.
Harus ada evaluasi terhadap BPMI Istana Negara. Namun, bila beredarnya foto tersebut memang karena ada skenario di baliknya, rakyat pun mungkin dapat membaca. Sebab, sekarang sangat musim sandiwara kepentingan.
Di tengah masyarakat sangat butuh contoh, panutan, dan teladan karena kini semakin cuek dan skeptis atas sikap pemerintah dalam tindakan pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid-19, terutama menyoal kedisiplinan masyarakat dalam protokol kesehatan terutama terhadap jaga jarak dan pemakaian masker, justru pihak Biro Pers, Media dan Informasi (BPMI) Sekretariat Presiden membikin blunder.
Blundernya adalah saat rapat terbatas (ratas) di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/8/2020), BPMI justru membagikan foto Presiden ratas tidak memakai masker di media sosial, meski di lakukan dalam ruang terbatas dan ber-AC dan  foto itu salah satunya dibagikan dalam akun Twitter resmi milik Sekretariat Kabinet.
Mengapa BPMI, sampai membagikan foto yang jelas-jelas membikin masyarakat jadi mengungkit masalah "jarkoni" (bisa ngajar tidak bisa melakoni atau tidak memberi contoh sesuai apa yang ia perintahkan/anjurkan/ajarkan)?
Padahal, di tengah kehidupan masyarakat, kini polisi, TNI, satpol PP dan lainnya berjibaku merazia siapa pun masyarakat yang tidak memakai masker. Bahkan ada seorang ibu yang harus menitipkan anaknya demi mencari uang Rp 50.000 untuk bayar denda karena tertangkap petugas tak memakai masker. Dan, masih banyak kisah lain menyoal penertiban pemakaian wajib masker ini di tengah masyarakat baik di ruang terbuka maupun di dalam ruang tertutup.
Bahkan di suatu daerah ada peraturan, warga yang tertangkap tak memakai masker dikenai denda Rp 500.000.
Pertanyaannya, apakah BPMI tak menyadari bahwa tindakannya membagikan foto Presiden dan para menteri dalam ratas tak memakai masker akan menjadi persoalan dan cibiran masyarakat dan berbagai pihak?
Saya kutip dari Kompas.com, Selasa (4/8/2020) dalam foto yang dibagikan, terlihat Presiden yang duduk di tengah memimpin rapat tanpa menggunakan masker. Sementara, sejumlah menteri tampak ada yang memakai masker dan ada yang tidak.Â
Lalu, Menteri yang tidak mengenakan masker misalnya Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD. Sedangkan, menteri yang terlihat menggunakan masker antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Tak pelak dalam jagat Twitter, sejumlah netizen memang terlihat mempermasalahkan Jokowi dan sejumlah menteri yang tidak menggunakan masker.
Bahkan di dalam kolom komentar artikel menyangkut  foto ini, netizen pun mengungkapkan kekecewaannya atas sikap Presiden dan para Menterinya yang tak taat dengan protokol kesehatan dan tidak memberikan contoh.
Ironisnya, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono justru menjelaskan, dalam rapat yang membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional itu, Jokowi dan seluruh menteri awalnya mengenakan masker sesuai protokol yang telah ditetapkan.
Namun demikian, Presiden dan beberapa menteri kemudian mencopot masker yang dikenakan.
Yang jadi persoalan, beredarnya foto Presiden dan beberapa Menteri dalam ratas tak mengenakan masker, menjadi citra negatif.
Apa pun alasan Heru, tidak seharusnya foto itu beredar di media sosial, dan menjadi preseden tak baik untuk masyarakat, yang sedang dituntut untuk berperilaku disipilin dalam PAPC-19 di Indonesia yang terus mengganas.
Seharusnya, foto yang dipublish adalah yang saat Presiden dan semua Menteri sedang dalam mengenakan masker. Jadi, masyarakat dapat meneladani.
Bila kejadiannya ada buka tutup masker, biarkan hal itu menjadi konsumsi Istana Negara, Presiden dan para Menteri, bukan untuk konsumsi masyarakat.
Catatan saya, waktu Presiden jengkel dan marah kepada para Menteri yang pertama, ada pemikiran dari dalam Istana, mengapa setelah sekian hari Videonya bari dipublikasikan. Artinya, di sana ada pemikiran matang untuk meluncurkan video kemarahan Presiden yang pada akhirnya masyarakat menjadi berpikir bahwa Pak Jokowi sangat serius terhadap PAPC-19 di Indonesia sampai semua Menteri kena semprotnya.
Dan, untuk masalah foto yang kini bikin citra negatif, seharusnya dipikirkan matang oleh Heru dan tim di Istana. Jangan asal sebar. Jangan-jangan atas tersebarnya foto tersebut, Pak Jokowi pun yakin bertindak, karena efeknya tidak sepele bagi rakyat.
Kini nasi sudah menjadi bubur. Foto Presiden dan para Menteri yang dalam kondisi tak disiplin mengikuti protokol kesehatan, tak menggunakan masker sesuai intruksinya, malah beliau dan para pembantunya sama-sama tak pakai masker.
Sekali lagi, ini bukan perkara kecil. Tidak sepele. Karena masyarakat sedang dalam kadar kepercayaan yang rendah kepada pemerintah menyoal PAPC-19.
Harus ada evaluasi terhadap BPMI Istana Negara. Namun, bila beredarnya foto tersebut memang karena ada skenario di baliknya, rakyat pun mungkin dapat membaca. Sebab, sekarang sangat musim sandiwara kepentingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H