Lelah, jenuh, bosan, semakin susah, dan sebagainya. Itulah perasaan dan kenyataan yang menghinggapi sanubari umat manusia di seluruh dunia, tak terkecuali masyarakat Indonesia akibat pandemi corona. Namun, mau bagaimana lagi, virus corona tetap tak bisa diajak kompromi, tak bisa diajak berdamai.Â
Agar selamat terpapar "dia", maka manusialah yang wajib menyesuaikan diri dengan perilaku kehidupan sehari-hari dengan protokol kesehatan seperti yang telah diatur oleh pemerintah. Tak bisa bertindak semau sendiri apalagi cuek dan sombong akan sehat-sehat saja karena corona tak akan menyentuhnya.
Sebelum virus corona menebar di Indonesia, sebagian warga besar dunia pun sudah membahas Covid 19 ini adalah hasil dari sebuah konspirasi. Para konspirator melakukan persekongkolan, berkomplotan dalam merencanakan sebuah kejahatan yang dilakukan dengan rapi dan sangat dirahasiakan.
Opini konspirasi jadikan masyarakat abai
Hingga saat ini pun, berbagai isu tentang konspirasi itu masih terus menggema dan terus menyebar. Sehingga membikin masyarakat warga dunia dibuat semakin percaya dan tidak percaya.
Sebagian yang percaya, pun membikin narasi, artikel, video, film, dan lain sebagainya demi menggiring opini masyarakat dunia bahwa virus corona adalah buatan manusia dan dibuat dengan maksud kejahatan demi sebuah keuntungan dan kepentingan.
Bagi yang tidak percaya, dan memahami bahwa corona memang benar virus alami, maka tetap menjaga diri dan hati-hati, lalu patuh dan disiplin kepada semua peraturan yang dibuat oleh masing-masing negaranya demi pencegahan covid 19.
Khusus untuk masyarakat Indonesia, sejak awal pun sudah banyak yang tergiring opini, lalu percaya bahwa corona adalah sebuah konspirasi. Yang memicu perdebatan baik secara langsung dalam diskusi-diskusi di layar televisi maupun media massa dan media sosial.
Jadi, terlepas dari masalah pemerintah Indonesia dianggap tak sigap dan tak tegas dalam pecegahan dan penanganan corona, serta masyarakat dianggap mengabaikan dan kurang kesadaran dalam pencegahan corona, masalah yang pada akhirnya terabaikan adalah, karena begitu besarnya guyuran informasi tentang konspirasilah yang menjadi sebab, masyarakat jadi terlihat mengabaikan corona.
Karena itu, meski di Indonesia kini sudah banyak daerah yang sebaran virusnya melandai akibat dari buah PSBB, namun akumulasi dalam laporan setiap hari masyarakat yang terpapar virus secara nasional tetap saja naik, seperti update Corona 8 Juni 2020, tercatat naik lagi menjadi 847 kasus. Hal ini juga ditambah lagi dengan adanya daerah yang sudah melakukan transisi menuju normal baru.
Bahkan Indonesia juga wajib belajar dari Finlandia, Prancis, Korea Selatan, dan Inggris yang kasusnya kembali melonjak setelah mencoba menerapkan new normal, dan akhirnya membuat pengetatan lagi.
Di luar dari fakta-fakta sesuai data dan kejadian di negara lain, ini memberikan deskiripsi bahwa corona ini nyata dan ada. Korban terpapar pun terus bertambah di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Yang lebih memiriskan hati, di media sosial malah beredar berbagai narasi bahwa COVID-19 adalah virus yang tidak menyebabkan kematian.
Coba kita simak apa yang ditulis oleh netizen di sebuah facebook yang juga sudah viral di media massa dan media sosial.
"Tidak ada orang yang meninggal murni karena covid-19 dikarenakan di dalam tubuhnya ada beraneka macam virus dan bakteri yang sudah masuk terlebih dahulu jauh hari sebelum corona masuk... Jika ada ribuan orang yang meninggal karena Corona, itu artinya sebelum corona Datang sudah ada ribuan macam virus yang menyerang orang-orang tersebut. Sehingga ketika corona datang, antibodi di tubuhnya sudah tidak bisa mengantisipasi lagi," tulis satu pengguna di Facebook.
Atas hal ini, spesialis penyakit dalam sekaligus influencer kesehatan dr Dirga Sakti Rambe, SpPD, dari Omni Hospitals Pulomas membenarkan bahwa memang saat ini tampaknya mulai ramai keraguan terkait virus Corona. Kemungkinannya bisa karena mulai dari rasa jenuh berlama-lama di rumah hingga motif ekonomi seperti dilansir dari detikcom, Senin (8/6/2020).
Karenanya, dr Dirga tetap mengimbau agar masyarakat tidak lengah terhadap infeksi COVID-19 di Indonesia. Apapun alasannya, selalu perhatikan protokol kesehatan seperti memakai masker dan jaga jarak bila ingin beraktivitas di luar rumah.
Dan, yang perlu sangat menjadi perhatian adalah dengan adanya pembukaan berbagai sektor kegiatan dan aktivitas demi perekonomian masyarakat, lalu kantor-kantor dan fasilitas umum mulai dibuka, seakan-akan masyarakat menjadi bebas berbuat apa saja. Kenyataannya, baik di negara lain maupun di Indonesia, setiap hari, corona terus menyerang manusia.
Peranan media
Untuk itu, peranan media massa dan televisi, serta media sosial sejatinya menjadi sangat vital untuk menggiring opini masyarakat bahwa virus corona itu benar ada. Benar telah menyerang manusia, ribuan nyawa telah melayang, dan korban terpapar juga ratusan ribuan bahkan mendekat jutaan.
Masyarakat tidak usah lagi memikirkan bahwa corona itu hasil konspirasi atau alami, apalagi berpikir konyol, bahwa corona tidak akibatkan kematian.
Jelas, corona ada, harus dicegah menyebar dan menular kepada manusia. Bahkan korban terpapar corona tanpa gejala pun semakin banyak.
Bagaimana mau menuju kehidupan new normal, bila kondisi kesadaran masyarakat Indonesia masih begini? DKI yang menjadi episentrum corona di Indonesia, kasusnya sempat melandai, tetapi begitu ada pelonggaran PSBB dan transisi new normal, ternyata kasus bertambah lagi.
Bosan, jenuh, dan lainnya memang kini sangat menghinggapi pikiran dan jiwa masyarakat.
Namun, yang pasti, baik ada PSBB, pelonggaran PSBB, lalu diketatkan lagi, virus corona tidak peduli. Virus tetap saja akan menyerang dan menular.
Jadi, perilaku manusianya, masyarakatnya yang memang wajib dapat menyesuaikan diri dan dapat menghindarkan diri dari serangan corona.
Ingat, Ingat, Ingat! Corona masih belum dapat dilawan dan dimatikan. Jangan pernah berpikir untuk mengabaikannya, memikirkan hasil konspirasi, apalagi berpikir corona tak sebabkan kematian. Jangan yang "engga-engga" lah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI