Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benarkah Nyawa Rakyat Tak Istimewa?

11 Mei 2020   08:33 Diperbarui: 11 Mei 2020   08:43 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi pernyataan seorang menteri Kabinet Indonesia Maju, pilihan Presiden Jokowi, tanpa sadar lewat pernyataannya menyakiti hati rakyat. 

Bagaimana tidak, pernyataan yang tidak seharusnya keluar dari mulut seorang menteri, justru tersiar secara resmi dalam jumpa pers secara virtual. 

Bila ucapan tersebut hanya disampaikan kepada satu orang saja, dan orang yang mendengar pernyataan lalu membagi ceritanya kepada orang lain, ujungnya kisah nya juga akan menjadi viral. 

Lha, ini, pernyataan malah diumbar dalam konferensi pers. Di hadapan wartawan. Maka, dalam sekejap, ketika beritanya tayang, maka langsung tersebar dan membanjiri media sosial dan grup-grup media sosial khususnya di Indonesia. 

Apakah pernyataan yang akan disampaikan tidak pernah dianalisis dulu? Tidak ditimbang baik-buruknya, bahaya atau tidak, akan meresahkan atau tidak? Sebab, mustahil seorang menteri tidak memiliki kecerdasan intelegensi dan persoliti (emosi), kecerdasan analisis. 

Apa yang disampaikan Bapak menteri ini, semakin melengkapi deretan.kekacauan dan kekisruhan para menteri piliha Jokowi ini. Tidak perlu saya ulang, deretan kekisruhan yang dibikin para menteri Jokowi ini, yang pasti, akibatnya, sekarang masyarakat dilanda kebingungan atas sikap, perbuatan, kata-kata, dan kebijakan yang "tidak memihak kepada rakyat, di tengah pandemi corona. 

Mengapa sekarang saya angkat kisah viral pernyataan seorang menteri ini? Karena benar-benar semakin menambah sakit hati rakyat. Apa gerangan pernyataan dan siapa yang menyatakan? 

Dalam jumpa pers virtual, Jumat (8/5/2020) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengklaim Indonesia masih memiliki kasus yang relatif rendah. Sebab menurutnya, angka belasan ribu korban terpapar corona, belum seberapa jika dibandingkan jumlah total penduduk Indonesia. "Sebetulnya angka ini tidak terlalu istimewa, karena jumlah penduduk kita adalah 263 juta, dibanding dengan Filipina yang masih sekitar 110 juta. Apalagi Singapura yang sekitar 6 juta," ujarnya. 

Luar biasa pernyataan Muhadjir ini, yang sebetulnya dia adalah mantan Mendikbud di periode sebelumnya. Apa yang ada dalam pikiran dan hati Muhadjir, sehingga dia dengan enteng menyebut bahwa kasus terdampak corona di Indonesia"relatif rendah" dan "tidak terlalu istimewa", karena dengan membandingkan Filipina dan Singapura. Padahal, faktanya Indonesia kini telah bertengger.di urutan kedua di Asia Tenggara di bawah Filipina. 

Sadarkah Muhadjir dengan pernyataannya? Bila demikian dalam hati Muhadjir, yang meninggal masih sedikit dan nyawa rakyat tidak istimewa? Nyawa adalah nyawa. Setelah manusia meninggal, maka nyawanya tidak dapat dibangkitkan lagi. Tidak dapat dihidupkan lagi. Apa ada nyawa manusia tidak lebih istimewa dari yang lainnya? Karena hanya  Allah yang dapat menguasai hidup dan matinya manusia. 

Jadi, itukah pemikiran para menteri Kabinet Indonesia Maju dan Jokowi, bahwa yang lebih istimewa untuk Indonesia adalah ekonomi? 

Pantas saja, sejak corona mewabah di Wuhan, terus berepidemi dan pandemi ke lintas negara di dunia, Jokowi dan pembantunya cengengesan dan santai-santai saja. Bahkan, hingga korban terpapar dan meninggal hingga ribuan, kebijakannya juga tetap seenak "wudel" mereka. 

Tak memperhatikan "teriakan" rakyat dan pemimpin daerah. Ekonomi dan ekonomi. Ibu kota baru dan ibu kota baru. Kepentingan dan kepentingan. Semua untuk siapa? Untuk "mereka" sediri dan demi pengabdian kepada cukong. Untuk kehidupan duniawi. Bukan simpati, empati, dan tanggungjawab kepada penderitaan rakyat. Plintat-plintut dengan kebijakan yang hanya alibi agar uang rakyat tidak dibagi-bagikan kepada rakyat, tapi uang rakyat untuk kepentingan mereka. Lalu, pemerintah daerah lah yang dibebankan.

Luar  biasa, karena rakyat dan nyawanya tak istimewa, beginilah Kabinet Indonesia Maju terus bertindak tanpa akal cerdas dan sehat. Malah rencana pemulihan ekonomi pun bocor ke media, di saat pemerintah daerah sedang berjuang memutus mata rantai penyebaran corona. 

Lihat dalam tayang media, Kota Tegal berhasil memutus mata rantai corona dengan sikap tegas dan berani pemimpin daerahnya. Pertanyaannya, Tegal itu bagian Indonesia? Atau Indonesia bagian dari Tegal. Masa cara berpikirnya dalam pencegahan, antisipasi, penanganan Covid 19  (PAPC19) terbalik. 

Masa, hanya pemimpin daerah saja bisa berpikir cerdas, karena menganggap nyawa rakyat adalah istiwema. 

Sampai kapan Pak Presiden? Kondisi membingungkan dan menyakiti hati rakyat akan terus pemerintah Anda lakukan kepada rakyat di saat pandemi corona ini, sampai-sampai corona juga lebih istimewa, karena rakyat juga diminta berdamai dengannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun