Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

(18) Ramadan Tak Biasa, Meneladani Didi Kempot, dan Penggemarnya

11 Mei 2020   05:46 Diperbarui: 11 Mei 2020   06:00 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Bila terbuka mata hatinya, berbagi itu membahagiakan meski dalam kesusahan. (Supartono JW.11052020)

Ramadan Tak Biasa, di tengah pandemi corona, pagi ini sudah memasuki hari ke-18. Banyak pelajaran yang dapat saya ambil di tengah masyarakat kita dan dijadikan contoh/teladan bagi masyarakat lainnya. 

Satu di antara pelajaran itu adalah menyoal berbagi ala Didi Kempot dan penggemarnya yang akan sulit terulang kisahnya. 

Kendati kisah berbagi di masa pandemi corona banyak di lakukan oleh berbagai pihak dan individu di Indonesia. Lalu, banyak pula pihak yang malah tidak amanah dalam berbagi, karena dana dan bantuan sosialnya malah diselewengkan. 

Karya kemanusiaan Didi

Namun, kisah berbagi yang satu ini, di dalam bulan Ramadan saat pandemi corona, yakin tak akan dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Dia adalah kisah berbagi yang diinisasi oleh seorang musisi dan didukung penuh oleh penggemarnya. 

Musisi menyanyikan lagu, para penggemarnya menyisihkan dana. Itulah kisah yang hanya dalam waktu sekitar tiga jam, Maestro Campur Sari, Almarhum Didi Kempot melakukan pentas dari rumah dengan tujuan menggalang dana untuk membantu pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19) di Indonesia. 

Ternyata dari penggemarnya di seantero nusantara, terkumpul dana tidak kurang dari 7 miliar. Ini adalah rekor sepanjang Ramadan dan bisa jadi juga rekor satu-satunya di Indonesia sejak negeri ini merdeka, penggalangan dana yang dilakukan oleh seorang musisi dapat menggugah hati masyarakat Indonesia sedemikan hebat. 

Terlepas dari ke-maestroan-an Almarhum Didi, dapat dipastikan bahwa dana 7 miliar lebih itu tidak akan mudah terkumpul dalam waktu tiga jam, bila para penggemar Didi Kempot memang tidak terbudaya dan memiliki kebiasaan berbagi. 

Pentas dari rumah itu, ternyata sebagai pentas perpisahan sang maestro, juga tidak pernah terpikir oleh para penggemarnya, bahwa itu adalah pentas terakhir Almarhum sebelum menghadap Sang Khalik. 

Andai saja para penggemar tahu, bahwa itu adalah pentas terakhir Didi, yakin dana yang terkumpul bisa jadi akan puluhan miliar. Yang pasti, kolaborasi antara Didi dan penggemarnya, menjadi kolaborasi yang sangat wajib diteladani oleh siapapun pihak di Indonesia. 

Sebab, inisiasi penggalangan dana ala Didi Kempot, ternyata menjadi "Karya Kemanusiaan" terakhir sang Maestro yang mampu menggugah hati masyarakat Indonesia begitu hebatnya. 

Siapa menyangka dan siapa yang pernah berpikir, bahwa dengan hanya menjual lagu daerah, campursari, asal Solo, di tangan seorang Didi, karyanya dapat menyatukan Indonesia dan tersebar ke manca negara. Campursari pun sudah go internasional. Saat, dijadikan "alat" penggalangan dana, pun menyentuh dan menggugah hati seluruh masyarakat Indonesia. 

Andai saja, Mas Didi masih ada, lalu mengulang gelaran pentas penggalangan dana, untuk PAPC19, yakin dana yang terkumpul akan berlipat lagi. 

Mengapa atas inisiasi Mas Didi yang disambut sepenuh hati oleh penggemarnya, lalu uang miliaran sangat mudah terkumpul? 

Berbuat baik, berbagi 

Dari penelitian yang dilakukan oleh University of California, Riverside, salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kebahagiaan seseorang adalah dengan berbuat baik. Berbuat baik, dapat dilakukan dengan berbagai cara, semisal membantu orang lain dan membantu sesama yang kesusahan. 

Berbagai kegiatan serupa diyakini dapat meningkatkan emosi, pikiran dan perilaku positif yang kemudian meningkatkan perasaan bahagia dalam diri. Bila dikaitkan dengan penelitian tersebut, apa yang dilakukan oleh Mas Didi dan penggemarnya, juga penggalangan dana yang dilakukan oleh berbagai pihak dan individu lainnya, adalah cara mereka untuk meningkatkan kebahagiaan diri, yaitu dengan cara berbagi. 

Meski, dalam kehidupan nyata, bagi sebagian masyarakat masih banyak yang berpikir, berbagi adalah menyusahkan diri. Malah, banyak juga pihak dan individu yang tidak amanah dalam soal berbagi, karena malah diambil untuk keuntungan sendiri atau diselewengkan. 

Sejatinya siapa manusia yang telah "belajar" tidak memahami kisah bahwa manusia lahir ke dunia ini dalam kondisi tak memiliki apa-apa. Sehelai kain pun ia tak punya. Sehingga, semua yang nantinya dia miliki, berupa harta dan lainnya adalah milik Allah semata. 

Sangat jelas dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 33 disebutkan: "Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang Dikaruniakan-Nya kepadamu." 

Lalu, dalam menjalani kehidupan di dunia, apa yang dimiliki oleh setiap manusia, juga tidak akan abadi. Seluruh harta yang ada pada mereka hanyalah titipan dari Allah. Hal ini tersebut dalam Surat Al Hadid ayat 7: "Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah Menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah)." (Al-Hadid 7). 

Berikutnya, Allah meyakinkan bahwa harta itu milik-Nya dan dititipkan kepada manusia, Allah memintanya untuk membagikan harta titipan itu kepada orang lain. Itupun, Allah tidak meminta untuk membagikan semua harta yang ia miliki, hanya sebagian saja yang perlu untuk dibagikan kepada orang lain, dan tersebut dalam Surat Al-Baqarah ayat 3: "Dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami Berikan kepada mereka" (Al-Baqarah 3). 

Sesuai ayat-ayat dalam surat tersebut, maka apa yang telah dilakukan oleh semua pihak dan individu yang telah berbagi di bulan Ramadan khususnya untuk membantu PAPC19, adalah bukti bahwa masyarakat memahami dan mengamalkan kodratNya. 

Bagi masyarakat, khususnya umat muslim, yang masih belum dapat turut berbagi seperti "mereka" di bulan yang penuh berkah, penuh hikmah, dan penuh ampunan ini, masih ada waktu untuk turut serta berbagi kepada sesama di fase kedua 10 hari Ramadan yang tesisa tiga hari maghfirah. 

Semisal, sekadar 1 gelas es buah atau satu bungkus nasi atau beberapa biji kurma dan lain sebagainya, kepada tetangga kiri-kanan, depan-belakang rumah kita, yang benar-benar membutuhkan uluran tangan. 

Mari berikan dan infakkan sebagian dari harta yang kita miliki, kepada mereka yang sangat membutuhkan, sebab itu semua adalah harta titipan Allah. 

Tengoklah, bagaimana keikhlasan Maestro Campursari dan segenap penggemarnya di seluruh Indonesia, tanpa ada pamrih, niat ikhlas berbagi untuk sesama, hanya dalam tempo sekitar tiga jam, miliaran rupiah terkumpul dana, untuk dibagikan kepada sesama, yang membutuhkan. Sulit wujud uang miliaran rupiah akan terkumpul sekejap, bila mereka semua tidak terbuka mata dan hatinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun