Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

(15) Ramadan Tak Biasa, Corona, dan Mengendalikan Hawa Nafsu

8 Mei 2020   00:28 Diperbarui: 8 Mei 2020   00:26 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Bagaimana tidak, sejak perturan larangan mudik lebaran berlaku 24 April 2020, praktis hingga detik ini, masyarakat masih berjuang bagaimana caranya dapat lolos dari petugas, sementara petugas juga berupaya agar tidak ada masyarakat yang lolos di chekpoint. 

Namun, ibarat petir di siang bolong, seluruh moda transportasi umum, pesawat terbang, kereta api, kapal laut, dan bus kembali diperbolehka  beroperasi sejak Kamis 7 Mei 2020, meski pemerintah tetap menyatakan mudik lebaran 2020 tetap dilarang. 

Ternyata, pembukaan seluruh moda transportasi itu bukan untuk rakyat, tetapi  untuk aparatur sipil negara, TNI/Polri, pegawai BUMN, lembaga usaha, NGO yang semuanya berhubungan dengan penanganan Covid-19, masyarakat yang mengalami musibah dan kemalangan seperti meninggal dan ada keluarga yang sakit keras, termasuk spesial untuk anggota DPR yang juga ikut diuntungkan. 

Dalihnya, semua tetap ada persyaratan khusus, seperti izin atasan, surat sehat, mematuhi protokol kesehatan, dan memiliki tiket pergi pulang. 

Hawa dan nafsu 

Dari semua peristiwa dalam ibadah Ramadan hingga hari ke-14, karena sebab corona, akibat sikap tak tegas dan tak konsisten pemerintah sangat mempengaruhi perilaku dan mental masyarakat Indonesia secara psikologis, yaitu hawa dan nafsunya.

Hawa nafsu terkait corona ini, lebih dominan dari sekadar hawa nafsu menahan lapar dan haus, sehingga masyarakat terlihat abai, tak menurut pemerintah, tak menurut peraturan, karena sikap pemerintah juga tak memberi teladan dan tak dapat dijadikan panutan, sehingga masyarakat menjadi lemah dalam pengendalian hawa nafsu.

Sejatinya, obyek terutama dan terpenting dari semua pembahasan tentang puasa terletak pada pengendalian hawa nafsu. 

Sesuai KBBI, hawa adalah campuran berbagai-bagai gas yang meliputi bumi dan udara. Sedangkan nafsu adalah keinginan hati yang kuat, dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik, panas hati, marah, meradang, sehingga bila dipahami secara utuh hawa nafsu ini adalah keinginan dan dorongan hati yang tidak baik dan terus mengembang (sifat hawa, gas). 

Namun dalam Islam, hawa nafsu bukan dipandang sebagai musuh, apalagi harus dihancurkan. Hawa nafsu juga tidak untuk dimematikan. Hawa dan nafsu, justru harus dapat tetap diarahakan dan tetap dalam koridor, alias dikendalikan. 

Kasus-kasus persoalan corona yang akhirnya memicu keinginan dan mendorong hati untuk berbuat yang tidak baik, negatif, malah harus dapat dikuasai oleh setiap insan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun